• Senin, 25 September 2023

Suharso: Banyak Wilayah Indonesia yang Alami Genangan dan Pendangkalan Permanen Akibat Perubahan Iklim

- Senin, 21 Agustus 2023 | 15:05 WIB
Sungai Kulur di Bangka Tengah yang mengalami pendangkalan dan penyempitan. (Diskominfo Babel/Saktio)
Sungai Kulur di Bangka Tengah yang mengalami pendangkalan dan penyempitan. (Diskominfo Babel/Saktio)

SINAR HARAPAN - MENTERI Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Suharso Monoarfa, mengungkapkan bahwa sekarang sudah banyak wilayah di Indonesia yang mengalami genangan dan pendangkalan permanen akibat perubahan iklim.

“Sebagai negara kepulauan, tentu perubahan iklim akan sangat signifikan berdampak di pesisir sebagaimana yang kita saksikan kenaikan muka air laut akan berkisar antara 0,8-1,2 sentimeter (cm) per tahun dan sudah mulai banyak wilayah di Indonesia yang tergenang dan terendam secara permanen,”  ujarnya dalam Dialog Nasional Antisipasi Dampak Perubahan Iklim untuk Pembangunan Indonesia Emas 2045, yang diikuti secara virtual di Jakarta pada hari Senin.

Salah satu contoh kota yang mulai mengalami dampak tersebut adalah Pekalongan di Jawa Tengah.

Baca Juga: Greta Thunberg Diusir dalam Kampanye Perubahan Iklim Setelah Dinyatakan Bersalah Melanggar Lalu-lintas

Berdasarkan penelitian dari Institut Teknologi Bandung (ITB), laju penurunan tanah di Pekalongan dan kota-kota di Pesisir Pantai Utara Pulau Jawa mencapai 10-20 cm per tahun.

"Upaya sedang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk memperkuat tanggul di sana yang telah rusak dan menyebabkan banjir rob," tambah Kepala Bappenas.

Efek dari kenaikan permukaan laut ini memengaruhi sekitar 160 juta penduduk pesisir di Indonesia, yang mungkin terpaksa bermigrasi untuk mencari tempat yang lebih aman.

Baca Juga: Makin Kritis, Gletser Himalaya Menghilang 65 Persen dalam 9 Tahun Akibat Perubahan Iklim

Hal ini dapat berdampak pada sektor ekonomi dan juga dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit seperti demam berdarah, malaria, dan pneumonia.

Jumlah kematian akibat demam berdarah sendiri diketahui meningkat lebih dari 25 persen dalam rentang waktu 2021-2022.

Lebih jauh, perubahan iklim juga mempengaruhi ketersediaan air di sebagian besar wilayah Indonesia, yang diperkirakan akan mengalami penurunan curah hujan sekitar 1-4 persen hingga tahun 2034.

Baca Juga: Lebih dari 1.500 Pengunjuk Rasa Isu Iklim Gelar Aksi di Belanda, Termasuk Pemeran Melisandre 'Game of Thrones'

Hal ini berarti pasokan air bersih semakin menurun dan mungkin menyebabkan konflik alokasi air, terutama di daerah yang bersaing dalam sektor pertanian, industri, dan energi.

Dalam sektor pertanian, dampak perubahan iklim telah memperpendek periode variasi iklim.

Sebagai contoh, siklus variasi El Niño-Southern Oscillation yang biasanya terjadi setiap 3-7 tahun, kini menjadi lebih pendek, yaitu 2-5 tahun.

Halaman:

Editor: Rosi Maria

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Gempa Magnitudo 6.1 Terjadi di Laut Timor Selatan

Jumat, 1 September 2023 | 00:32 WIB
X