Oleh: Didik J Rachbini
Partai atau pimpinan partai yang menafikan suara "silent majority" adalah partai dan pimpinan yang naif. Suara silent majority akan menjadi penentu dari pemilihan presiden atau pemilihan legislatif.
Dari mana silent majority diketahui secara lebih pasti (bukan pasti seratus persen karena ada margin error dari sampling yang ilmiah)?
Jawabnya dari metode riset polling yang berbasis pada sampling yang ilmiah sesuai metode akademik yang sudah puluhan tahun dipraktekkan oleh para pollster dan peneliti.
Riset yang ilmiah dan akademik dilaksanakan berdasarkan ilmu dan metode akademik seperti polling, quick count dan lain-lain.
Pengetahuan ini sudah menjadi pengetahuan yang menyebarluas di kalangan peneliti sehingga polling yang benar dan jujur sudah bisa mengetahui persepsi, pandangan mayoritas rakyat, silent majority terhadap partai dan pemimpin pilihannya.
Jika ada partai dan pimpinan partai menafikan realitas hasil-hasil survei akademik ini, saya sebagai peneliti tidak bisa nenyebutnya sebagai apa yang yang halus tidak akademik, tidak memahami ilmu.
Riset akademik berbicara jujur, kecuali lembaga riset yang manipulatif yang lembaga dan pelakunya dipakai untuk mengelabui publik. Lembaga riset seperti ini tidak akan berumur panjang.
Pada saat ini, masih banyak partai dan pimpinan partai yang tidak percaya kepada riset akademik survei. Ini beralasan karena memang banyak sekali lembaga survei yang tidak kredibel karena metodenya tidak dijalankan dengan baik dan lebih banyak lagi survei dipakai untuk kepentingan politik dengan menafikan metode ilmiahnya.
Partai yang tidak berbasis riset akademik dan mengambil keputusan seenak selera pimpinannya maka keputusan yang diambilnya bias dan bahkan sesat. Konflik realitas kehendak publik yang luas dengan keinginan dari partai dan pimpinan akan membuat partai kehilangan kesempatan untuk mendapatkan aspirasi terbesar dari publik.
Dari kemajuan riset survei yang ada sekarang, tiga calon pemimpin yang menonjol tidak lain adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto (urutan berdasarkan abjad).
Tiga nama ini merupakan aspirasi yang tersaring dari riset-riset akademik tersebut. Riset-riset manipulatif sudah sulit untuk menafikan realitas dari hasil survei dan banyak lembaga.
Ke depan dengan adanya banyak survei akademik seperti ini maka peranan partai akan semakin kecil karena aspirasi publik mayoritas akan lebih didengar. Seperti di negara demokrasi yang memilih langsung pemimpinnya, maka aspirasi mayoritas rakyat akan menjadi penentunya.***
Penulis adalah Guru Besar Ilmu Ekonomi Politik