Oleh: Marzuki Usman
Pada tahun 1989, penulis masih menjabat sebagai Kepala Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) Indonesia, Departemen Keuangan RI. Penulis diundang Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta untuk memberi kuliah tamu tentang Pasar Modal Indonesia, dihadapan para dosen dan mahasiswa Fakultas Ekonomi.
Ketika penulis telah selesai perkuliahan itu, ada dua orang yakni Prof. DR. Umi Kalsum, Dekan Fakultas Kehutanan, UGM, dan Prof. DR. Eti Sumiati, Dekan Fakultas Lingkungan, UGM mendekati dan menyapa penulis, untuk berkunjung ke Hutan Meranti UGM, di Kabupaten Gunung Kidul! Penulis menjawab, “Masak Gunung Kidul yang ketika penulis kuliah di UGM dari 1963-1968, sudah Gundul Hutannya. Sekarang, ibu berdua mengatakan, bahwa Gunung Kidul sudah hijau royo-royo?” Mohon maaf ya ibu berdua, saya belum bisa berkunjung ke situ.”
Kedua ibu profesor ini tidak jenuh. Kapan saja, saya mampir ke kampus, beliau berdua tidak menyerah untuk membujuk penulis untuk berkunjung ke hutan meranti UGM itu. Akhirnya, ketika pada tahun 1998, penulis mendapat amanat sebagai Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya maka penulis pergi ke Hutan Gajah Mada itu. Dan, ternyata kedua ibu profesor telah berhasil menghijaukan lagi Kabupaten Gunung Kidul. Dan, penulis dikenalkan kepada DR Suhardi yang telah berhasil Membudi-dayakan pohon meranti. Sedangkan di hutan meranti di Pulau Sumatera, sudah pada mulai habis di tebang oleh perusahaan produksi: papan, perabot rumah, dan sebagainya.
DR. Suhardi telah berhasil membudi-dayakan meranti dengan buah-buah pohon meranti dari HPH - Hutan Gajah Mada seluas 20.000 hektare di Kabupaten Tebo, Jambi. Pada waktu suatu pertemuan, DR. Suhardi dan kedua ibu profesor kehutanan itu meminta tolong kepada penulis agarorang-orang kampung di lokasi yang suka menebang pohon meranti. Dan empat pohon meranti yang sudah tua, tertebang oleh orang-orang kampung. DR. Suhardi meminta penulis untuk mencari buah-buah dan biji-biji meranti di mana saja di wilayah NKRI.
Pada tahun 1998, pada bulan Juni, penulis dan DR. Suhardi, diundang oleh Bupati Kabupaten Hulu Sungai Tengah, untuk melihat pohon-pohon meranti yang besar-besar dan sudah berumur. Pada kunjungan itu, DR. Suhardi bergembira sekali karena akan bisa menyelamatkan pohon meranti.
Bapak bupati bercerita bahwa kalau bapak berdua beruntung. Bapak-bapak bisa melihat udang di pucuk pohon Meranti? Karena bapak-bapak datang pada waktu musim kemarau maka tidak beruntung untuk melihat udang di pucuk pohon.
Ketika Ibu Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc menjadi Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup pada Kabinet Presiden Joko Widodo maka teman-teman dari Barabai bertamu untuk melaporkan bahwa hutan Meranti di situ. Dan, ketika mereka kembali ke Barabai, dan masuk hutan lagi, mereka menemukan anak udang dalam Kantong Semar yang dibuat beruk (monyet) yang dicantolkan pada dahan pohon.
Penulis menasehati teman-teman pecinta alam itu untuk merawat Kantong-Kantong Semar. Itu untuk dijadikan objek wisata dunia. Insya Allah nanti, wisatawan sedunia akan berlomba-lomba melihat keajaiban alam itu. Semogalah akan menjadi kenyataan!
Jakarta, Medio Awal Desember 2022.