Oleh: Sjarifuddin Hamid
SINAR HARAPAN - Kongres ke-20 Partai Komunis China yang berakhir pada 22 Oktober 2022 mengangkat kembali Xi Jinping sebagai sekjen partai. Tetap memimpin Komisi Militer Pusat (KMP) dan masih menjadi Presiden Republik Rakyat China.
Dalam konteks ‘demokrasi’ Xi disebut memiliki kekuasaan yang absolut. Lantaran sekaligus menguasai tiga posisi penting. Tidak memberi peluang kepada yang lain untuk menjadi presiden atau ketua KMP.
Ketiga posisi itu tidak sepenuhnya bisa dipandang sebagai tiga cabang kekuasaan yang sederajat. Posisi sekjen partai lebih berkuasa dari ketua KMP sebab KMP pada hakikatnya berinduk kepada partai. Adapun presiden memimpin pemerintahan yang menjalankan keputusan partai.
Penguasaan absolut atas ketiga jabatan menciptakan (1) kestabilan, (2) kepastian (3) efisiensi. Ketiganya yang diinginkan kalangan pebisnis, investor asing bahkan rakyat. Ketiganya membuat China berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dan mengangkat 800 juta orang dari garis kemiskinan.
Sekalipun disebut tidak demokratis tetapi regenerasi tetap berjalan. Xi Jinping (2013-...) dan Hu Jintao (2002-2012) merupakan anak didik Sekjen Partai Jiang Zemin (2003-2013). Mereka merupakan Faksi Shanghai.
Para pemimpin dikader. Dipantau sejak ditempatkan di pedesaan. Dipromosikan ke provinsi dan akhirnya tingkat nasional.
Peran Komisi Militer Pusat
KMP mendapat sorotan sebab masyarakat internasional ingin mengetahui reaksi terhadap perkembangan yang terjadi belakangan ini. Misalnya, berbagai berita menyebutkan Putin berpotensi dikudeta sekelompok jenderal Rusia melemah akibat perang dengan Ukraina. Semuanya akan menyebabkan perhatian Moskowa atas wilayah Rusia di Asia Timur.
Peran KMP juga semakin penting berkenaan dengan perkembangan di Laut China Selatan serta perkiraan China akan menyerbu Taiwan pada 2027, akhir dekade ini atau tahun 2047. Apalagi Xi dalam kongres menyatakan China suatu waktu akan menguasai Taiwan bila perlu dengan kekerasan.
Seperti digambarkan sebelumnya, posisi KMP sangat terikat dengan kebijaksanaan partai. Apa kata partai. Itu yang dituruti KMP.
Dalam kongres yang lalu, terungkap Xi Jinping tetap menjadi ketua KMP. Dua wakilnya adalah (1) Jenderal Hei Weidong yang sebelumnya menjabat semacam komando wilayah yang berseberangan dengan Taiwan dan Laut China Timur. (2) Zhang Youxia yang menangani bidang pengembangan peralatan.
Hei dan Zhang merangkap sebagai anggota politbiro sentral komite partai. Posisi yang secara tradisi dijabat para wakil ketua KMP terdahulu.
Anggota KMP lainnya adalah Li Shangfu. Dia diperkirakan menjadi menteri pertahanan. Pengesahan dilakukan pada kongres rakyat pada April 2023.
Jenderal Li Zhuocheng merangkap Kepala Staf Gabungan. Laksamana Miao Hua anggota KMP yang membidangi urusan politik. Jenderal Zhang Shengmin menjadi sekretaris KMP serta juga membidangi urusan pemeriksaan dan disiplin.
Ditinjau dari aspek kelembagaan, KMP sangat tergantung kepada partai. Tambahan lagi para anggota Komisi Militer Pusat ini adalah orang-orang yang secara pribadi dikenal XI. Sebagaimana dia mengenal komite pengarah politbiro partai yang sangat berkuasa, yakni Li Qiang, Cai Qi, Li Xi, Ding Xuexiang, Zhao Leji dan Wang Huning.
Dengan demikian tindak tanduk KMP berada dalam arahan dan pengawasan Xi serta partai terutama komite pengarah. Di samping itu, pada KMP juga terdapat tokoh senior partai yang memastikan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) punya petualangan sendiri.
Persepsi Amerika Serikat
Berbeda dengan di Amerika Serikat (AS) di mana kementerian pertahanan memiliki politik luar negeri sendiri yang terkadang berbeda dengan kementerian perdagangan. Pentagon sangat dipengaruhi industri militer yang bekerjasama dengan politisi di Kongres maupun pemerintahan.
Fenomena di atas terlihat dalam hubungan Amerika Serikat-China. China pada 2021 mengekspor ke AS senilai US$521 miliar atau 17,2% dari total ekspor China ke mancanegara. Adapun AS impor dari China bernilai US$541,53 miliar.
Kedua negara merupakan mitra utama. Ekspor produk ke China menciptakan 900 ribu tenaga kerja di AS. Adapun perusahaan-perusahaan China yang beroperasi di AS menyerap lebih dari 160 ribu pekerja.
Sekalian fakta yang menguntungkan Amerika Serikat itu seperti diabaikan. Diganti dengan retorika, China merupakan ancaman bagi negara-negara Asia terutama Taiwan. Untuk itu, AS menghimpun kekuatan dengan membuat kerjasama militer tiga pihak bersama Australia dan Inggris (AUKUS). Membentuk QUAD bersama Jepang, India dan Australia. Selain kerja sama intelijen yang melibatkan lima negara (five eyes) yakni AS, Selandia Baru, Australia, Inggris dan Singapura.
Menurut data statista, per 2021 AS mengekspor senjata kepada Australia senilai US$929 juta. Jepang (US$875 juta). Korea Selatan (US$646 juta). India (US$425 juta). Taiwan (U$123 juta). Singapura (US$106 juta). Indonesia dan Filipina masing-masing US$91juta dan Vietnam US$54juta.
Amerika Serikat dari waktu ke waktu memperluas persepsi yang menyebutkan China sebagai ancaman. Atas dasar itu menghimpun kekuatan proxy untuk melawan Beijing dengan dibekali senjata buatan Amerika Serikat. Di saat yang bersamaan Washington tetap saja membangun hubungan perdagangan dan investasi dengan China.***