Oleh : Marzuki Usman
Ketika penulis masih duduk di kelas IIB pada SMA Negeri I di Kota Jambi, pada waktu itu menjadi siswa SMA itu sudah suatu prestasi yang sudah bukan main hebatnya, bagi anak-anak muda di Kota Jambi.
Karena SMA itu adalah satu-satunya SMA Negeri di Provinsi Jambi, pada tahun 1960-an. Teman-teman penulis ada yang ber-Orang Tua sebagai Pejabat Daerah, dan atau Saudagar Terkaya di Provinsi Jambi. Penulis sendiri adalah satu-satunya anak dusun (desa) yang menuntut ilmu di SMA itu.
Teman-teman penulis itu, mereka itu menengok menghina kepada penulis dan teman penulis yang berasal dari keluarga miskin di desa-desa di Provinsi Jambi.
Mereka melapor kepada guru wali kelas kami, bahwa kami anak-anak desa itu, kuku tangan dan kuku kakinya, pada berwarna hitam (taik kuku) dan sepertinya mereka ogah memotong kuku-kuku tangan dan kakinya.
Alhamdulillah, Bapak Guru Wali Kelas kami itu bermata jeli. Beliau berujar, Ya anak-anakku janganlah menghina temanmu sendiri, cobalah lihat kepada dirimu sendiri, banyak teman-teman saudara yang “berambut Panjang dan aut-autan, tidak disisir yang rapi!”.
Teman-teman penulis anak-anak orang yang berada itu menjawab, “Bapak Ketinggalan Zaman. Berambut Panjang dan aut-autan itu adalah Model Masa Kini”. Bapak Wali kelas menjawab, “Kalau begitu pergilah kalian ke sekolah SMA lain di Kota Jambi ini, Iyo! Janganlah kalian menghina temanmu sendiri”.
Kata Pepatah Melayu, “Tungau (Tumo) Di Seberang Laut Kelihatan, Tetapi Kerbau Di Pelupuk Mata Tidak Kelihatan!?”. Dan nasihat ini jadikanlah bekal kamu untuk mengarungi kehidupan dimasa mendatang!
Demikianlah kata Bapak Guru Wali Kelas kami yang Bijaksana, yang selalu terngiang-ngiang kepada penulis sampai masa tua penulis. Alhamdulillahhi Rabbil Alamin!. ***
Jakarta, Menjelang Selesainya Puasa Bulan Syawal 1443H