Para ahli berbeda pendapat tentang corak persaingan antara Washington dan Beijing. Corak ini dipengaruhi masa lalu hingga kedua negara punya tata pemerintahan serta pengelolaan ekonomi yang berbeda. Tidak ada benturan karena masing-masing berjalan sendiri.
China tidak akan mengganti Amerika Serikat sebagai pemegang hegemoni dunia atau merusak sistem yang dibangun AS. Masalah muncul karena kemajuan ekonomi dan program One Belt One Road (OBOR) dicurigai akan menggeser AS.
Menjawab kecurigaan itu, Prof. Wu Xinbo, Direktur Pusat Studi Amerika Serikat di Universitas Fudan, Shanghai menyatakan, China bukan merupakan ancaman bagi Amerika Serikat. Juga tidak bermaksud meluluhkan hegemoni Amerika Serikat, berbagi peranan global atau menunjukkan pilihan pembangunan ekonomi dan tata kelola pemerintahan.
Indonesia Memandang
Kemajuan China selayaknya ditanggapi secara realistis, apalagi Indonesia mempunyai kriteria yang berbeda dalam berhubungan dengan China. Jakarta memiliki prinsip non-Blok yang diakui semua negara.
Australia menjadi contoh buruk. Keikusertaannya mengecam China menyebabkan ekspor batubara dan produk lain ke China dihentikan. Peran Australia itu, kemudian diisi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Dengan demikian pencapaian eksplorasi ruang angkasa dan keberhasilan China membuat matahari buatan merupakan konsekuensi logis kemajuan negara tersebut di berbagai bidang. Barangkali Indonesia dapat turut mengambil manfaat? (Sjarifuddin)
Penulis adalah wartawan senior dan pengamat politik dan ekonomi Asia Timur dan Amerika Serikat.