Perilaku Polantas Patroli Amerika Serikat

- Selasa, 28 Desember 2021 | 08:57 WIB
Marzuki Usman
Marzuki Usman

PERISTIWANYA itu terjadi pada bulan Juli 1975. Penulis pada waktu itu sudah selesai Studi S2 pada Fakultas Ekonomi, Universitas Duke, di Kota Durham, Provinsi Carolina Utara.

Sambil menunggu jadwal untuk pulang kembali ke Jakarta, karena penulis usil menjawab Iklan Baris pada Surat Kabar Kota Durham, yang tercetak, “Pekerjaan menarik pada pagi hari. Kalau anda berminat silahkan kontak telepon nomor 548365”. Penulis telepon nomor itu, dan dijawab. “Jika anda berminat, silahkan mampir ke alamat : Jalan Buchanan, pada jam 3 pagi!”

Lalu penulis, pada pagi hari berikutnya, mampir ke alamat itu. Dan, itu adalah tempat Pompa Bensin. Penulis turun dari mobil. Dan langsung ditegur oleh seseorang dengan berucap, “Kamu ya, orangnya, yang mau mengambil pekerjaan yang ditawarkan pada iklan Surat Kabar Kota Durham?”.

Penulis bertanya, “Apa macam pekerjaannya?” Dia menjawab, “Parkir mobilmu, lalu ikut ke mobil saya. Pekerjaannya adalah sebagai Loper Koran, yaitu dengan melemparkan Sebungkus Surat Kabar ke rumah para pelanggan itu.

Ini pekerjaannya sangat menguntungkan, tetapi berat sekali. Kita, sebenarnya berdagang Surat Kabar. Kita beli dari Penerbit Surat Kabar seharga USD 50 sen per satu Surat Kabar, dan kita jual dengan harga USD 55 sen. Dan kita dapat untung sebesar USD 5 sen. Dan pelanggan kita ada 300 pelanggan. Ini berarti kita dapat untung sebesar 300 x USD 5 sen = USD 1500 sen = USD 15 sen per-hari.

Penulis lalu bertanya, “Kenapa anda mau pindah dari pekerjaan yang bagus ini?” Dia menjawab, “Saya dapat pekerjaan di siang hari, dan dengan penghasilan yang lebih besar. Kalau anda berminat, saya hanya punya 2 hari saja lagi untuk melatih anda!” Penulis bilang, “Okay sir. I will take its and do its!”

Setelah penulis jalani pekerjaan, sebagai Loper Koran ini, memang penghasilannya menggiurkan, tetapi pekerjaannya cukup berat. Karena penulis harus bangun pada jam 2.00 pagi, kemudian mengambil koran di Pompa Bensin itu. Setelah itu melemparkan koran itu ke rumah para pelanggan, sambil tetap menyetir mobil.

Karena nyupir di pagi hari, pada setiap perempatan, yang tidak ada Lampu Lalu Lintas, dan sebagai gantinya pada perempatan itu, ada Tanda Setop, dan pada jalan silangan yang lain, tidak ada Tanda Setop. Pengemudi yang melihat Tanda Setop, maka dia harus setop selama satu menit untuk memberi jalan kepada pengemudi mobil yang tidak ada Tanda Setop.

Penulis pada suatu pagi, tidak setop pada Tanda Setop, dan terus saja melawan aturan itu. Penulis pikir, ini masih larut malam, mana ada mobil lain!

Begitu penulis sampai ke seberang jalan itu, lalu penulis melihat ada mobil Patroli Polantas dengan lampu kedap-kedip, dan menyetop mobil penulis. Dan berujar, “Hei, kenapa anda melawan Aturan Lalu Lintas?. Kenapa anda tidak setop!”. Penulis jawab, “Maaf, tadi itu saya lagi hilang ingatan!” Dia menjawab, “Jangan diulangi lagi. Nanti anda bisa mati konyol! Silakan teruskan perjalananmu!”

Penulis sempat gemetaran, sebab kalau di kampung kita, hal seperti ini bisa masuk bui! Begitulah sopannya Polisi Lalu Lintas di negeri orang! (Marzuki Usman)

Penulis adalah ekonom senior dan pendiri pasar modal.

 

 

Halaman:

Editor: editor3

Tags

Terkini

Teka – Teki Urang Minang ?

Selasa, 23 Mei 2023 | 08:36 WIB

Pingsan, Melihat Bidadari?

Selasa, 16 Mei 2023 | 09:13 WIB

Obsesi Masa Kanak-Kanak (Childhood Obsesion)?

Selasa, 9 Mei 2023 | 10:33 WIB

Jokowi, Jalan Rusak dan Sentilan Bima Yudho

Sabtu, 6 Mei 2023 | 16:31 WIB

Menetapkan “Sekolah Libur?”

Selasa, 2 Mei 2023 | 05:57 WIB

“Hidup Berakal, Mati Beriman!”

Rabu, 26 April 2023 | 07:20 WIB

“Ingin Tahu!”

Selasa, 18 April 2023 | 06:04 WIB

Mahfud MD Cawapres Kuda Hitam

Senin, 10 April 2023 | 06:00 WIB

Negeri yang Berlagak?

Selasa, 4 April 2023 | 06:10 WIB

Kontroversi Dana Rp349 Triliun

Kamis, 30 Maret 2023 | 06:55 WIB
X