PERISTIWANYA terjadi pada dasa warsa tahun 1950-an. Pada waktu itu penulis baru berumur 10 tahun. Karena lahir di dusun atau desa Mersam, tempat bermukimnya Bapak Pasirah (Lurah) dari Kelurahan Kembang Paseban, dan Bapak Camat dari Kecamatan Mersam, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Maka pengalaman masa kecil itu, selalu sering teringat dibenak penulis.
Kehidupan di dusun Mersam pada masa itu, Alhamdulillah, kata pepatah Jawa, “Gemah ripah loh jinawi”. Artinya makan cukup, sandang cukup, rumah ada, dan tidak perlu merantau kemana-mana di bumi Allah ini.
Ambillah contoh lauk makan sehari-hari seperti ikan. Di desa Mersam pada waktu itu, ikan di dusun Mersam, kata orang penduduk dusun Mersa, “Ikan melehek”. Apa itu Ikan melehek? Artinya ikan itu banyak sekali, dan ada di mana-mana di dusun Mersam itu.
Pada waktu itu karena saking banyaknya ikan, ada di mana-mana. Misalnya ketika hari hujan lebat, maka tanah di pekarangan rumah, basah dan berair, maka diketemukan ikan betok (yang bisa merayap), lagi merayap-rayap di situ. Maka pada masa itu, ketika lagi berlomba menguji pengetahuan, maka ada kawan penulis yang bertanya, “Di mana ada air, tetapi tidak ada ikan di situ?” Setelah hampir setengah jam, tidak ada yang bisa menjawab. Maka penulis menjawab, “Iya di dalam buah kelapa, selalu ada air, tetapi tidak ada ikan!”
Orang dusun mengatakan karena ikan itu selalu ada di mana-mana, dan banyak sekali, lalu disebut dengan istilah, “Ikan Melehek!”
Sekarang ini di dusun Mersam, ikan itu tidak lagi melehek, tetapi kata teman penulis seorang ahli perikanan, dia berujar sebagai berikut “Ya Marzuki, apabila orang kampung dusun Mersam untuk membudi daya ikan air segar (bukan ikan air laut), dengan membuat keramba ikan yang dari bambu, dengan panjang satu meter, lebar setengah meter, dan tinggi setengah meter. Dan di dalamnya diberikan dinding jaring dari benang plastik, sehingga ikan itu akan tetap berada didalam keramba.
Keramba itu Marzuki, bisa disebarkan pada setiap : air sungai, air rawa-rawa, danau dan sepanjang garis pantai di NKRI kita. Adapun makanan ikan itu adalah : 1. Tahi ayam yang sudah dijemur dan ditumbuk menjadi serbuk, 2. Demikian juga dengan tahi sapi, 3. Dedak dari padi, 4. Daun talas yang di cincang-cincang. Anak-anak ikan akan masuk ke dalam keramba untuk menikmati makanan-makanan itu. Dan, ikan-ikan itu akan tumbuh pesat sekali, dan tetap terkurung didalam keramba-keramba itu. Dan, karena badan ikan-ikan itu sudah besar, maka mereka akan tetap didalam keramba-keramba itu, sampai saat dipanenkan.
Kemudian, pada saatnya karena ikan-ikan itu sudah pantas untuk di panenkan, maka NKRI kita akan bisa mengekspor ikan-ikan itu ke seluruh dunia. Dengan demikian, Insya Allah NKRI kita akan menjadi negara : maju, terampil, dan cerdas, serta kaya. Insya Allah, NKRI kita akan menjadi lumbung protein hewani (Ikan) untuk seluruh penduduk dunia. Semogalah Allah ridho. Aminn”. (Marzuki Usman)
Penulis adalah ekonom senior dan pendiri pasar modal.