PERISTIWANYA terjadi pada dasawarsa 1950-an, di Desa Mersam, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Pada masa itu Provinsi Jambi belum lahir, yang ada masih Provinsi Sumatera Tengah yang terdiri dari: 1. Kresidenan Sumatera Barat, 2. Kresidenan Riau, dan 3. Kresidenan Jambi. Penulis pada waktu itu masih berumur awal belasan tahun, yakni sebelas tahun, masih duduk di bangku Sekolah Rakyat (SR), sekarang, Sekolah Dasar (SD).
Pada tahun 1955 di Kresidenan Jambi lagi dilanda banjir besar, yang airnya sampai setinggi 2 meter, selama satu bulan penuh. Penulis pada waktu itu bergembira ria, karena sekolahnya libur selama satu bulan. Mandi bisa langsung di tangga rumah. Demikian juga dengan nyetorin isi perut, kata orang Desa Mersam, alias melubur.
Pada masa kanak-kanak itu, anak-anak kampung bermainnya dengan memanfaatkan apa saja yang bisa dijadikan permainan. Contohnya, untuk bermain ayun-ayunan, anak-anak bisa menggunakan pelepah daun kelapa yang belum lepas dari pohonnya, sebagai alat ayunan alami. Kalau nasibnya lagi naas, alias jelek / buruk. Ketika pelepah pohon kelapa itu terlepas dari batangnya pohon kelapa itu, maka si anak itu bisa mengalami kecelakaan terjatuh langsung ke tanah. Akibatnya bisa patah kaki, atau minimum bisa bengkak-bengkaklah badannya.
Para orang tua menegur si anak itu, “Hei jangan main-main pelepah kelapa itu! Nanti kamu bisa jatuh, patah kakinya, dan bengkak-bengkak badanmu”. Tetapi selalu ada saja anak-anak yang susah dinasehati. Kata orang Dusun Mersam, “Budak (anak) ini bengak dan bengal nian!” Awas ya, nanti engkau baru tahu rasa ya!
Bengak itu artinya bodoh sekali. Sedangkan bengal, berarti tidak bisa dinasihati lagi. Orang Dusun Mersam, jika menemui anak-anak yang seperti itu, mereka berucap, “Biarlah, nanti dia tahu rasa”.
Dewasa ini kata teman penulis, Ahli Sumber Daya Manusia. Dia berujar, “Ya Marzuki, engkau jangan heran kenapa R. lambat majunya, dibandingkan dengan Republik Rakyat China. Karena kualitas sumber daya manusia lndonesia, mohon maaf ya Marzuki, masih banyak yang berkualitas bengak dan bengal.
Di RRC mereka dewasa ini sudah memiliki tenaga kerja yang lulusan Doktor dari : Amerika Serikat sebanyak 11,5 juta orang. Demikian juga yang lulusan DR dari : Kanada, Eropa, dan Australia masing-masing sebanyak 11,5 juta orang juga. Maka tidak heran lagi, di RRC mereka sudah canggih sekali bisa meniru produk barang-barang buatan Amerika. Dan bahkan lebih bagus kualitasnya dari barang aslinya.
Lalu penulis bertanya kepada diri sendiri, Kapan RI bisa menyalib pertumbuhan dan kekayaan ekonominya melewati Republik Rakyat China? Maka jawabnya, “Insya Allah”. Dan Alhamdulillah Pemerintah NKRI, katanya sudah bertekad, bahwa pada tahun 2045, Insya Allah NKRI sudah akan menjadi kelompok negara kaya di dunia. Allahu akbar. (Marzuki Usman)
Penulis adalah ekonom senior dan pendiri pasar modal.