• Senin, 25 September 2023

NYELEKIT > MARAH ?

- Selasa, 8 Agustus 2023 | 14:30 WIB
Ilustrasi / NYELEKIT > MARAH ? (Freepik/cotton bro)
Ilustrasi / NYELEKIT > MARAH ? (Freepik/cotton bro)

Oleh : Marzuki Usman

Pada Tahun 1967, penulis sudah berhasil mendapat penghargaan sebagai Sarjana Muda pada Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada di Kota Jogjakarta, dengan gelar B.Sc (Bachelor of Science) yakni, Sarjana Muda dalam Ilmu Ekonomi.

Penulis diberi kesempatan untuk meneruskan Study, didalam Ilmu Ekonomi, untuk mendapat gelar sebagai Sarjana – Ekonomi (SE).

Pada saat itu, penulis aktif juga sebagai, Pengurus Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM). Dan, juga diberi kepercayaan sebagai Ketua Komisariat Dewan Mahasiswa (KODEMA), pada Fakultas Ekonomi UGM.

Baca Juga: Mainan Kelelawar (Kampret)?

Pada waktu itu, penulis diberi “Kepercayaan, sebagai Ketua Panitia Pengenalan (Per-Plonco-an) kepada Mahasiswa Baru, yakni untuk dapat mengetahui tentang : Dosen, Mahasiswa, Perpustakaan, dan segala sesuatu, tentang FE-UGM”.

Pada waktu itu, Penulis meminta kepada Mahasiswa senior, untuk menjadi Ketua Seksi Kepanitiaan, dari Panitia Pengenalan Fakultas Ekonomi UGM.

Kemudian, pada tahun 1969, penulis diminta oleh Bapak Prof. DR. J.B. Sumarlin, untuk membantu Beliau, untuk mengerjakan “Buku Pelengkap Pidato Presiden RI, pada tanggal 17 Agustus 1970”, yaitu sebagai Laporan Presiden, kepada Rakyat Indonesia, Tentang Pelaksanaan Tahun Pertama, dari Rencana Pembangunan Lima Tahun I (REPELITA) 1969 – 1974.

Baca Juga: Barang Langka, “Es Batu?”

Bapak Prof. DR. J.B. Sumarlin, pada waktu itu menjabat sebagai Sekretaris dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Beliau juga, menjabat pula sebagai Staff Pribadi (SPRI) Bapak Menteri Keuangan RI. Beliau meminta ijin kepada Bapak Prof. DR. Ali Wardhana untuk mengijinkan, Marzuki Usman, dan Dono Iskandar, yang pada waktu itu, sebagai Asistren SPRI – Menteri Keuangan. Kami berdua diminta, setelah bekerja di Depertemen Keuangan, sampai jam 16.00 sore. Dan, dari situ kami berdua terus ke Bappenas, untuk membantu Bapak Prof. DR. J.B. Sumarlin. Dan kami bekerja sampai larut malam. Disitu, kita meminta bantuan kepada Ibu Tiwi, Sekretaris Bapak J.B. Sumarlin, untuk minum, makan, dan pengetikan pekerjaan.

Pada suatu malam, Mbak Tiwi berujar, “Ya, Marzuki ketika engkau menjadi Ketua Panitia Pengenalan Mahasiswa Baru, di FE-UGM. Engkau, mengangkat Ketua Seksi Ke-Putrianya, dan, dia ini adalah saudara sepupu saya. Dan, dia berujar, “Si Marzuki itu, bicaranya Nyelekit Sekali, sehingga saya menangis. Si Marzuki sudah minta maaf, tetapi saya sebagai Orang Jawa, saya tidak bisa memaafkannya, dan akan saya bawa sampai mati”.

Mbak Tiwi menasehati penulis. “Ya Marzuki, Orang Jawa itu, dimarahi tidak apa-apa. Tetapi jika Engkau bicaranya Nyelekit?!, maka Orang Jawa tidak bisa memaafkannya. Jadi, Marzuki berhati-hatilah, jika berbicara dengan Orang Jawa”.

Baca Juga: Orang Kaya Mersam Pada Tahun 1930-an?

Jakarta, Menyambut HUT Kemerdekaan NKRI ke 78 .

Halaman:

Editor: Yuanita SH

Sumber: Opini

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Upaya Merebut Hati Pemilih Muda

Kamis, 21 September 2023 | 21:00 WIB

Aek Mati, Apa Itu?

Selasa, 19 September 2023 | 09:50 WIB

Peluang Besar Anak Muda DKI Jakarta Memutus Politik Uang

Sabtu, 16 September 2023 | 11:34 WIB

Dangdut Mendunia !!!

Selasa, 12 September 2023 | 09:20 WIB

Dilema Prabowo

Selasa, 5 September 2023 | 10:00 WIB

Lintah Barabai?

Selasa, 5 September 2023 | 09:04 WIB

Menunggu Langkah Kuda SBY

Sabtu, 2 September 2023 | 10:00 WIB

Mainan Kelabang (Lipan?)

Selasa, 22 Agustus 2023 | 08:07 WIB

Ujar Gus Dur?

Selasa, 15 Agustus 2023 | 09:34 WIB

NYELEKIT > MARAH ?

Selasa, 8 Agustus 2023 | 14:30 WIB

Mainan Kelelawar (Kampret)?

Selasa, 1 Agustus 2023 | 10:41 WIB

Barang Langka, “Es Batu?”

Selasa, 25 Juli 2023 | 08:01 WIB

Jubah Hitam, "Tuhan Menyayangi Mahluknya"

Selasa, 18 Juli 2023 | 11:29 WIB
X