Oleh : Marzuki Usman
Pada Tahun 1967, penulis sudah berhasil mendapat penghargaan sebagai Sarjana Muda pada Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada di Kota Jogjakarta, dengan gelar B.Sc (Bachelor of Science) yakni, Sarjana Muda dalam Ilmu Ekonomi.
Penulis diberi kesempatan untuk meneruskan Study, didalam Ilmu Ekonomi, untuk mendapat gelar sebagai Sarjana – Ekonomi (SE).
Pada saat itu, penulis aktif juga sebagai, Pengurus Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM). Dan, juga diberi kepercayaan sebagai Ketua Komisariat Dewan Mahasiswa (KODEMA), pada Fakultas Ekonomi UGM.
Baca Juga: Mainan Kelelawar (Kampret)?
Pada waktu itu, penulis diberi “Kepercayaan, sebagai Ketua Panitia Pengenalan (Per-Plonco-an) kepada Mahasiswa Baru, yakni untuk dapat mengetahui tentang : Dosen, Mahasiswa, Perpustakaan, dan segala sesuatu, tentang FE-UGM”.
Pada waktu itu, Penulis meminta kepada Mahasiswa senior, untuk menjadi Ketua Seksi Kepanitiaan, dari Panitia Pengenalan Fakultas Ekonomi UGM.
Kemudian, pada tahun 1969, penulis diminta oleh Bapak Prof. DR. J.B. Sumarlin, untuk membantu Beliau, untuk mengerjakan “Buku Pelengkap Pidato Presiden RI, pada tanggal 17 Agustus 1970”, yaitu sebagai Laporan Presiden, kepada Rakyat Indonesia, Tentang Pelaksanaan Tahun Pertama, dari Rencana Pembangunan Lima Tahun I (REPELITA) 1969 – 1974.
Baca Juga: Barang Langka, “Es Batu?”
Bapak Prof. DR. J.B. Sumarlin, pada waktu itu menjabat sebagai Sekretaris dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Beliau juga, menjabat pula sebagai Staff Pribadi (SPRI) Bapak Menteri Keuangan RI. Beliau meminta ijin kepada Bapak Prof. DR. Ali Wardhana untuk mengijinkan, Marzuki Usman, dan Dono Iskandar, yang pada waktu itu, sebagai Asistren SPRI – Menteri Keuangan. Kami berdua diminta, setelah bekerja di Depertemen Keuangan, sampai jam 16.00 sore. Dan, dari situ kami berdua terus ke Bappenas, untuk membantu Bapak Prof. DR. J.B. Sumarlin. Dan kami bekerja sampai larut malam. Disitu, kita meminta bantuan kepada Ibu Tiwi, Sekretaris Bapak J.B. Sumarlin, untuk minum, makan, dan pengetikan pekerjaan.
Pada suatu malam, Mbak Tiwi berujar, “Ya, Marzuki ketika engkau menjadi Ketua Panitia Pengenalan Mahasiswa Baru, di FE-UGM. Engkau, mengangkat Ketua Seksi Ke-Putrianya, dan, dia ini adalah saudara sepupu saya. Dan, dia berujar, “Si Marzuki itu, bicaranya Nyelekit Sekali, sehingga saya menangis. Si Marzuki sudah minta maaf, tetapi saya sebagai Orang Jawa, saya tidak bisa memaafkannya, dan akan saya bawa sampai mati”.
Mbak Tiwi menasehati penulis. “Ya Marzuki, Orang Jawa itu, dimarahi tidak apa-apa. Tetapi jika Engkau bicaranya Nyelekit?!, maka Orang Jawa tidak bisa memaafkannya. Jadi, Marzuki berhati-hatilah, jika berbicara dengan Orang Jawa”.
Baca Juga: Orang Kaya Mersam Pada Tahun 1930-an?
Jakarta, Menyambut HUT Kemerdekaan NKRI ke 78 .
Artikel Terkait
Pengalaman Masa-Kecil (Childhood-Experience) Di Dusun Mersam, Jambi
Pemberantasan TPPO Digencarkan, Jangan Lupakan Akar Masalahnya Adalah Pengangguran
Era Firli, KPK Makin Memalukan Saja
Danau Air Tawar Pada Gunung Tujuh, Danau Tertinggi Di Dunia, Di Kabupaten Kerinci, Jambi
Wafat Karena Disedot Lintah
Orang Kaya Mersam Pada Tahun 1930-an?
Menanggapi Era Kecerdasan Buatan, Masa Depan yang Menjanjikan atau Pemicu Masalah Baru?
Jubah Hitam, "Tuhan Menyayangi Mahluknya"
Barang Langka, “Es Batu?”
Mainan Kelelawar (Kampret)?