• Rabu, 27 September 2023

Kilang Dumai Terbakar, Kini Waktunya Pemerintah Evaluasi Direksi dan Komisaris Pertamina

- Senin, 3 April 2023 | 01:58 WIB

Kebakaran depo milik Pertamina di Plumpang, Jakarta beberapa waktu lalu (Foto: Ayo Bandung)

SINAR HARAPAN--Untuk kesekian kali fasilitas penting milik Pertamina terbakar. Kali ini kilang Pertamina di Dumai, Riau. Kebakaran tersebut segera bisa dikendalikan, namun tetap menimbulkan pertanyaan serius berkaitan makin seringnya fasilitas vital Pertamina terbakar.

Saat ini, operasional kilang di Dumai dihentikan sementara untuk memastikan keamanan di lokasi. Sementara unit lain tetap beroperasi normal. Setidaknya, ada lima orang yang terdampak di ruang operator dan saat ini telah dibawa ke RS Pertamina Dumai untuk memperoleh perawatan terbaik. Dikabarkan bahwa kondisi pekerja terdampak tersebut sudah stabil.

Dikabarkan ahwa sebelum kebkaran telah terjadi dentuman keras disertai getaran kuat yang berasal dari Kilang Minyak Putri Tujuh Pertamina RU II Dumai. Menyusul kemudian, kebakaran kilang.

Kejadian serupa di sejumlah fasilitas vital Pertamina terus terjadi. Beberapa waktu lalu depo penyimpanan bahan bakar minyak (BBM) di Plumpang, Jakarta, terbakar hebat. Bukan hanya Pertamina yang mengalami kerugian, melainkan juga warga yang tinggal di sekitarnya. Tercatat ratusan rumah terbakar hangus, belasan orang meninggal dan puluhan warga masih dirawat di rumah sakit.

Kebakabaran serupa pernah melanda tangki bahan bakar minyak (BBM) Balongan, Indramayu, Jabar beberapa waktu lalu. Kebakaran juga terjadi di kilang BBM di Cilacap, Balikpapan dan beberapa fasilitas Pertamina lainnya. Lantas, mengapa persoalan kebakaran di area kilang minyak Pertamina terus berulang?

Ahli energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mempertanyakan standar pengamanan di area kilang minyak Pertamina. Menurutnya, Pertamina seharusnya menerapkan standar internasional dengan zero accident. "Ini mengindikasikan bahwa Pertamina tidak menerapkan standar internasional untuk pengamanan aset sepenting kilang tadi, sehingga terjadi beberapa kebakaran," kata Fahmi, dikutip Kompas.com beberapa waktu lalu.

Jika melihat perusahaan minyak dunia, insiden kebakaran sangat jarang terjadi. Biasanya, kebakaran hanya terjadi karena unsur perang. Di Indonesia ini beberapa kali terjadi kebakaran sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai pengawasan dan disiplin standar operasionalnya.

Peristiwa kebakaran yang berulang ini membuktikan Pertamina harus segera berbenah memperbaiki sistem keamanan terutama dalam mencegah dan menanggulangi bencana di area kilang dan penyimpanan minyak. Kejadian yang terus berulang menunjukkan lemahnya disiplin dan system pengawasan internal di perusahaan pemerintah itu.

Mengingat depo ini merupakan aset vital, seharusnya Pertamina menggunakan sistem keamanan yang berstandar internasional, yakni dengan menerapkan sistem keamanan yang berlapis. Namun dari kejadian ini dia menyebut Pertamina bahkan tidak memiliki pemadam kebakaran internal yang dapat langsung memadamkan api sebelum api menyebar.

Terkait lokasi depo, Pertamina seharusnya memberikan jarak setidaknya 5 kilometer dengan pemukiman penduduk. "Jadi pada kilang minyak itu juga terjadi beberapa kali kebakaran di Cilacap, di Balongan, atau tempat yang lain tetapi tidak pernah menimbulkan korban dari warga. Kenapa? karena jaraknya jauh, zoning tadi," sebut dia.

Nah, kita selalu terlambat dalam persoalan seperti ini. Sekarang kita masih ribut apakah harus memindnahkan depo Plumpang ke tempat lain atau penduduk sekitar yang harus direlokasi. Untuk soal seperti ini pun pemerintah belum satu suara akibat salah urus pada masa-masa sebelumnya.

Kita menggarisbawahi pernyataan ahli energi UGM tadi, bahwa masalah pokoknya adalah standar keamanan fasilitas strategis milik Pertamina yang rendah. Pengawasan di Pertamina dan Kementrian ESDM juga rendah. Buktinya, bukan hanya depo Plumpang yang beberapa kali terbakar, melainkan juga fasilitas strategis di berbagai tempat.

Kalaupun depo Plumpang direlokasi ke tempat lain atau warga yang dipindahkan, sepanjang pengamanannya rendah, tidak berstandar internasional, maka kebakaran serupa akan terjadi lagi di kemudian hari. Maka, kita meminta pemerintah dan Pertamina bekerja keras memperbaiki berbagai prosedur pengamanan fasilitas produksi dan distribusinya agar kejadian serupa bisa ditekan serendah mungkin.

Halaman:

Editor: Banjar Chaeruddin

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Dialog di RCTI, 1989. Ada Apa Gerangan Ya?

Selasa, 26 September 2023 | 09:45 WIB

Upaya Merebut Hati Pemilih Muda

Kamis, 21 September 2023 | 21:00 WIB

Aek Mati, Apa Itu?

Selasa, 19 September 2023 | 09:50 WIB

Peluang Besar Anak Muda DKI Jakarta Memutus Politik Uang

Sabtu, 16 September 2023 | 11:34 WIB

Dangdut Mendunia !!!

Selasa, 12 September 2023 | 09:20 WIB

Dilema Prabowo

Selasa, 5 September 2023 | 10:00 WIB

Lintah Barabai?

Selasa, 5 September 2023 | 09:04 WIB

Menunggu Langkah Kuda SBY

Sabtu, 2 September 2023 | 10:00 WIB

Mainan Kelabang (Lipan?)

Selasa, 22 Agustus 2023 | 08:07 WIB

Ujar Gus Dur?

Selasa, 15 Agustus 2023 | 09:34 WIB

NYELEKIT > MARAH ?

Selasa, 8 Agustus 2023 | 14:30 WIB

Mainan Kelelawar (Kampret)?

Selasa, 1 Agustus 2023 | 10:41 WIB

Barang Langka, “Es Batu?”

Selasa, 25 Juli 2023 | 08:01 WIB

Jubah Hitam, "Tuhan Menyayangi Mahluknya"

Selasa, 18 Juli 2023 | 11:29 WIB
X