SINAR HARAPAN--Tiba-tiba saja angin bertiup kencang dan mengubah arah koalisi cakal Capres dan Cawapres. Perkembangan ini mungkin saja membingungkan bagi banyak kalangan, namun dinamika politik ini justru menarik untuk diikuti kelanjutannya.
Perubahan arah angin terlihat dari sejumlah perkembangan beberapa hari terakhir. Pertemuan Prabowo Subianto dengan Airlangga Hartarto tampaknya memperlancar jalan ke arah penetapan Capres dan Cawapres yang akan diusung Koalisi Indonesia Maju. Sangat mungkin Prabowo akan menggandeng Airlangga dalam pertarungan pemilihan Presiden/Wakil Presiden pada Februari 2024 mendatang.
Arah itu menjadi menguat karena Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang sejak lama mendekat ke Prabowo justru dikabarkan akan menjadi pendamping Anies Baswedan. Kabar ini sangat mengejutkan karena beberapa bulan terakhir sangat kencang spekulasi pasangan Anies-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Tentu saja, kabar terbentuknya duet Anies-Cak Imin sangat menohok Partai Demokrat. Partai besutan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini bereaksi keras terhadap kabar penetapan Muhaimin sebagai Cawapres Anies. Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya menyebut penetapan duet tersebut mengkhianati Piagam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
"Rentetan peristiwa yang terjadi merupakan bentuk pengkhianatan terhadap semangat perubahan, pengkhianatan Piagam Koalisi yang telah disepakati ketiga parpol," kata Teuku dalam siaran pers Demokrat yang diterima di Jakarta, Kamis.
Menurut Teuku, pada Selasa (29/8) malam, di NasDem Tower, Jakarta, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menetapkan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Cak Imin sebagai bakal cawapres Anies. "Malam itu juga, bakal capres Anies dipanggil oleh Surya Paloh untuk menerima keputusan itu," kata Teuku.
Sehari kemudian, sambung dia, pada Rabu (30/8) Anies tidak menyampaikan secara langsung keputusan tersebut kepada pimpinan tertinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat sebagai parpol yang tergabung dalam KPP.
Betapapun marahnya petinggi Demokrat, pilihan Surya Paloh patut diacungi jempol. Ia menjaga hubungan dengan Jokowi dengan memilih tokoh pendukung setia seperti Muhaimin. Surya juga memperhitungkan aspek elektabilitas, menarik tokoh darah biru Nahdlatul Ulama (NU), organisasi massa yang memiliki basis luas. Meski itu bukan jaminan mengingat hubungan Muhaimin dengan PBNU tidak harmonis, demikian pula dengan keluarga Gus Dur.
Hari ini, Jumat (1/9/2023) pengurus DPP Partai Demokrat mengadakan rapat di kediaman SBY. Mereka akan mentukan sikap atas penetapan duet Anies-Cam Imin. Di lapangan juga terjadi perkembangan menarik. Para kader Demokrat dikabarkan menurunkan ratusan baliho Anies-AHY yang sudah dipasang di beberapa tampat.
Berbeda dengan Demokrat, reaksi PKS lebih kalem. PKS tampaknya akan tetap setia mendukung Anies, siapapun yang nanti akan mendampinginya sebagai Cawapres. Almuzammil Yusuf, salah satu Ketua DPP PKS, menyatakan partainya tetap memegang keputusan hasil Musyawarah Majelis Syuro VIII, yang mendukung pencalonan Anies.
Dengan demikian, bisa diperhitungkan bahwa perpecahan dalam KPP pendukung Anies akan melebar. Tapi Nasdem Nasdem bersama PKB dan PKS tetap bisa melampaui ketentuan presidential threshold. Bagaimana dengan Partai Demokrat? Ini akan menarik diikuti dalam beberapa hari ke depan.
Perkembangan terakhir ini makin memperjelas arah koalisi dan pasangan Capres/Cawapres yang akan bertarung nanti. Selain Anies-Muhaimin, sangat mungkin terbentuk pasangan Prabowo-Airlangga. Tinggal menunggu siapa calon Wapres yang akan mendampingi Ganjar Pranowo. Namun siapapun yang akan dipilih, sangat bisa diperhitungkan bahwa pendamping Ganjar pasti direstui Presiden Joko Widodo. Bisa Erick Thohir, Sandiaga S Uno atau tokoh lainnya.
Ketiga pasangan tersebut, bila benar-benar terbentuk, memperlihatkan kuatnya pengaruh Jokowi dalam penentuan pasangan Capres/Cawapres. Jokowi tentu tidak menghendaki pasangan Anies-AHY, dua tokoh yang berada di luar barisan pendukungnya. Padahal Jokowi sangat jelas menyatakan siapapun penggantinya nanti harus melanjutkan program pembangunan yang sudah dirintis, termasuk Ibukota Negara Nusantara.
Masuknya Cak Imin ke kubu Anies menjadi masuk akal, betapa Jokowi dan Surya Paloh memainkan peran besar dalam proses ini. Cak Imin adalah pendukung Jokowi. Sebagaimana Prabowo, Airlangga, Ganjar dan pendampingnya nanti.
Artikel Terkait
Ical, Akbar dan Agung Lakukan Pertemuan Tertutup, Tolak Munaslub Golkar
AMPG Menyatakan Solid Dukung Kepemimpinan Airlangga Hartarto di Golkar
Golkar dan PAN ke Prabowo, Said Abdillah: Kami Terbiasa Dikeroyok
Klaim Cak Imin: Siapapun Yang Didukung PKB Akan Menang Pilpres
Koalisi Perubahan Pecah, Demokrat sebut duet Anies-Cak Imin Khianati Piagam Koalisi