JAKARTA - Indonesia dikenal dengan indahnya wastra Nusantara yang kaya, salah satunya adalah Tenun Dayak Iban dari Kalimantan Barat yang menggunakan pewarna alami. Kain Tenun Dayak Iban, yang biasa disebut Tenun Ikat adalah sebuah kain tradisional mewah yang digunakan di upacara-upacara kebesaran.
Tenun Ikat Dayak Iban hingga kini masih tetap dipertahankan dengan ditenun sendiri oleh kaum perempuan Dayak Iban. Dalam proses pembuatannya, perempuan Dayak Iban percaya bahwa tenun memiliki nilai-nilai luhur yang diwariskan dan juga bernilai ekonomi tinggi.
Hal tersebut terwujud melalui motif yang mereka tenun yang menggambarkan kepercayaan dan penghormatan kepada kehidupan. Tenun Ikat Dayak Iban dengan pewarna alami ditampilkan di fesyen show Perhutanan Sosial Nusantara (Pesona) di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta oleh Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASSPUK).
"Tenun ikat Suku Dayak ada yang bermotif dasar naga, buaya, tanaman, manusia, sungai, atau perpaduan beberapa motif tersebut. Dan mereka mengetahui bahwa nenek moyang mereka mewarnai benang, kain, dan produk kerajinan lainnya dengan menggunakan tanaman pewarna alami dari lingkungan rumah dan hutan," kata Yurita, desainer koleksi busana tenun ikat Dayak Iban dalam keterangan pers di Jakarta pada Jumat.
Sayangnya, Yurita mengatakan saat ini ketersediaan tanaman penghasil warna alami untuk Tenun Ikat Dayak Iban semakin berkurang akibat ahli fungsi lahan dan masuknya industri benang sintetis. "Padahal bahan pewarna sintetis berpotensi merusak kesehatan dan lingkungan," kata dia.
Oleh sebab itu ASPPUK bersama Tropical Forest Conservation Act (TFCA) Kalimantan Yayasan Kehati melalui Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang berada di kawasan Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat yang berada di lima desa yaitu Desa Mensiau, Lanjak Deras, Labian, Sungai Abau, dan Manua Sadap berusaha mengarahkan kelompok perempuan penenun untuk melakukan konservasi tanaman HHBK sebagai bahan pewarna alami tenun ikat Dayak Iban untuk melestarikan dan menjamin keberlanjutan produksi tenun dengan bahan pewarna alami.
Adapun Tanaman pewarna alam tersebut di antaranya adalah tarum padi (Indigofera arrecta), tarum daun lebar (Indigofera Marsdeniatinctoria), Marek/Jangau (Symplocos Cerasifolia), Engkerebai (Psychotria Viridiflora), Mengkudu Kayu (Morinda Citrifolia) dan Jerenang (Daemonorops draco).
ASPPUK dan TFCA Kalimantan Yayasan Kehati membantu mempromosikan hasil karya tenun kelompok penenun perempuan Dayak Iban dengan membuka peluang pasar baik lokal, nasional maupun internasional mendukung melalui pameran, workshop, dan fashion show. (E-4/ant)
Berbagai Pihak Dorong Konservasi Tanaman Bahan Pewarna
Minggu , 01 Desember 2019 | 19:50
POPULER
Kapan Raize Mulai Dijual di Indonesia? Begini Jawaban Toyota
Kata Siapa Penderita Diabetes Pasti Gemuk?
5 Tips Supaya Tidak Bablas Tidur Setelah Sahur
7 Obat Kolesterol Alami yang Bisa Dikonsumsi Tiap Hari
Benarkah Lapar Baik Untuk Otak?
KOMENTAR
BERITA TERKINI

Survei BI: Penyaluran Kredit Triwulan II 2021 Meningkat Signifikan
SBT Penyaluran Kredit Baru Tercatat Sebesar 93,3 Persen.
Rabu, 21 April 2021 | Ekonomi

Jaksa Beberkan Daftar Vendor Bansos Corona yang Beri Fee ke Juliari
Terungkap dalam Sidang Perdana di Pengadilan Tipikor Jakarta.
Rabu, 21 April 2021 | Hukum

Presiden China Akan Ikuti KTT Perubahan Iklim
Atas Undangan Presiden AS Joe Biden.
Rabu, 21 April 2021 | Internasional

Djokovic Sebut Bermain di Beograde Lebih Emosional
Kembali Mengikuti Ajang ATP 250 Serbia Open.
Rabu, 21 April 2021 | Olahraga

KPK Panggil Angin Prayitno Aji dalam Kasus Suap Pajak
Pemeriksaan Perpajakan Tahun 2016 dan 2017 di Ditjen Pajak,
Rabu, 21 April 2021 | Hukum
End of content
No more pages to load