SINAR HARAPAN - Parenting Coach sekaligus Psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Irma Gustiana mengingatkan pentingnya meningkatkan pengawasan orangtua untuk mencegah penculikan anak, sebab keamanan dan keselamatan anak merupakan tanggung jawab orangtua.
"Yang pasti pengawasan itu penting. Orangtua harus bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan anak," kata Irma saat dihubungi ANTARA, Rabu.
Irma mengatakan, beberapa aksi penculikan belakangan didasari oleh maraknya penjualan organ tubuh demi mendapatkan uang.
Baca Juga: Waspada, Dokter Anak Wanti-wati Lato-lato Sebaiknya Tak Dimainkan Balita
Menurutnya, lemahnya pengawasan orangtua dapat menjadi salah satu faktor yang memudahkan penculik untuk melakukan kejahatan tersebut, mengingat anak merupakan kelompok paling rentan yang belum bisa melindungi dirinya sendiri.
"Ketika anak tidak dalam pengawasan orangtua, maka akan memudahkan bagi para penculik itu untuk melakukan aksinya," imbuhnya.
Selain memberikan pengawasan, Irma mengatakan orangtua juga perlu mengajarkan anak mengenai cara memberikan respons terhadap orang-orang asing yang ada di sekitar mereka.
Kemudian, ajarkan cara menolak ajakan orang lain yang tidak dikenal. Pastikan juga anak mampu menyampaikan isi pikirannya. Hal itu, menurut Irma, dapat dilatih salah satunya dengan bermain roleplay.
"Jadi ketika ada sesuatu yang terjadi, anak mampu menyampaikan kecemasan atau ketakutannya, misalnya ketika di keramaian ada yang bertingkah laku aneh atau mencurigakan," ujar Irma.
"Sampaikan juga pada anak jangan berada di tempat yang sepi yang tidak ada orang lain. Jadi harus berkumpul dengan teman-temannya atau mencari orang dewasa," imbuhnya.
Baca Juga: Jangan Sampai Tertelan! Nitrogen Cair Bisa Akibatkan Kebocoran Lambung pada Anak
Irma juga mengatakan penting bagi orangtua untuk mengenal tetangga di sekitar rumah, sebab menurutnya kasus penculikan juga sangat mungkin terjadi di daerah perumahan.
Pastikan juga anak tidak menggunakan aksesoris berlebihan yang mampu mengundang penculik.
"Misalnya perhiasan berlebihan atau menggunakan smartphone dengan teknologi canggih dan harga yang mahal. Itu bisa menjadi incaran penculik untuk memanfaatkan kelemahan si anak," katanya.
Di samping itu, Irma mengatakan mengajari anak bela diri dapat menjadi salah satu alternatif untuk mencegah penculikan.
Meski demikian, perlu diingat bahwa anak tetaplah merupakan kelompok yang tidak berdaya, apalagi jika penculikan dilakukan oleh beberapa orang dewasa.
Sependapat dengan Irma, Psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener mengatakan bahwa meskipun anak memiliki kemampuan bela diri, pengawasan orangtua tetap jadi yang utama.
"Sekalipun anak bisa bela diri, kekuatan fisiknya masih kalah dibanding orang dewasa yang jadi penculiknya. Diajari ilmu bela diri boleh, tapi tetap, anak di bawah usia 12 tahun harus dalam pengawasan orangtua di setiap situasi di manapun dan kapanpun," katanya.
"Gandeng tangan anak supaya tidak jauh-jauh jalannya. Jangan tinggalkan anak duduk atau berdiri sendirian tanpa pendamping yang dikenal," tutup dia.***
Artikel Terkait
Hampir 40 Juta Anak Lewatkan Vaksin Campak Gegara Pandemi, WHO Sebut Dunia Hadapi Ancaman
Moms, Tenangkan Diri Sebelum Menangani Anak Tantrum, Hindari Berteriak untuk Menenangkan Si Kecil
Cocok untuk Wisata Si Kecil: 'Imaginarium' di Plaza Indonesia, Ajak Anak Berimajinasi Kreatif Secara Gratis
Jangan Lupa Vaksinasi Covid 19 Anak! Jaga Kesehatan Si Kecil Agar Bisa Nikmati Liburan dengan Optimal
Pemerintah RI Siapkan Program Pendidikan Jarak Jauh untuk Anak-anak WNI di Malaysia
Rekomendasi Film Seru Akhir Tahun: 'Cek Toko Sebelah 2' Angkat Tema Perbedaan Pola Pikir Anak dan Orangtua
Moms, Ini 4 Manfaat Si Kecil Main Lato Lato, Bisa Meningkatkan Kecerdasan Anak Lho!
Aduh, Pesawat Jatuh di Nepal Akibatkan Sedikitnya 40 Orang Tewas! Termasuk Warga Negara Asing dan Enam Anak