• Rabu, 27 September 2023

Hari Tuberkulosis Sedunia: Memerangi Stigma dan Diskriminasi, Fundamental untuk Menang Melawan TBC

- Kamis, 24 Maret 2022 | 12:19 WIB
Pada 24 Maret 2022 diperingati hari tuberkulosis sedunia (Diolah dari Unsplash)
Pada 24 Maret 2022 diperingati hari tuberkulosis sedunia (Diolah dari Unsplash)

SINAR HARAPAN - STIGMA yang berkembang terkait TB adalah masalah besar di seluruh dunia, dan mengakibatkan peningkatan infeksi, pengobatan yang tertunda, dan konsekuensi kematian penderitanya.

Hari Tuberkulosis Sedunia jatuh pada hari ini, 24 Maret 2022. Pada Hari TBC Sedunia Sinar Harapan akan memaparkan mengapa stigma ini ada, bagaimana hal ini mempengaruhi pasien, dan mengapa hal ini harus dihentikan.

Untuk memahami stigma seputar TB, kita perlu memahami berdasarkan data WHO tahun 2020 sebagian besar penderita TB tinggal di wilayah Asia Tenggara (44 persen), Afrika (25 persen), dan Pasifik Barat (18 persen), dengan persentase yang lebih kecil di Mediterania Timur (8,2 persen), Amerika (2,9 persen), dan Eropa (2,5 persen).

Baca Juga: Mengenal TBC Resisten Obat dan Kendala Penanganan

Dikutip dari Pusat Layanan Kesehatan Universitas Airlangga, WHO menjabarkan di tahun 2019 estimasi kasus TB di Indonesia sebanyak 843.000 orang. Di 2020, jumlah kasus TB meningkat menjadi 845.000 dengan kematian lebih dari 98.000 orang.

Kemiskinan jadi faktor kondusif penularan TB karena menurut WHO, TB mudah berkembang di ruang yang sempit dan sesak penuh dengan orang. Juga lingkungan dengan kurangnya perawatan kesehatan serta sanitasi yang tidak memadai.

Stigma ini juga mendasarkan pada kecurigaan TB dan HIV saling berhubungan. Juga, bahwa TB dapat menyebar melalui berbagi makanan, kontak fisik, atau berada di ruangan yang sama dengan penderitanya.

Baca Juga: Alat Deteksi Dipakai Bareng untuk TBC dan COVID-19

Banyak stigma terkait TB yang diidentifikasi berkembang di China, Indonesia, Filipina, Zambia, Ethiopia, dan bagian dunia berkembang lainnya. Hubungan antara ketidaksetaraan kekayaan yang ekstrem dan tuberkulosis memperburuk stigma TB yang sudah terbentuk di masa lalu.

Sebagian besar stigma terkait TB muncul karena persepsi terkait dengan HIV dan AIDS. Di banyak bagian dunia, gejala keduanya sering saling terkait dan memang membingungkan.

Padahal, kenyataannya pada 2019, data dari WHO menunjukkan dari 2,6 juta kasus TB di India, hanya 71.000 kasus yang mengidap HIV dan TB, sekitar 5,2 persennya.

Baca Juga: 6 Tanaman Herbal Berikut Bantu Penyembuhan TBC

Menurut sebuah penelitian tahun 2010, faktor lain yang membuat TB menjadi penyakit yang distigmatisasi adalah hubungannya dengan penyakit menular.

Individu yang terstigmatisasi sering menghadapi diskriminasi dan kehilangan status. Norma-norma yang ada di masyarakat  menyebabkan mereka dianggap tidak diinginkan.

Stigma seputar tuberkulosis juga menyebabkan orang menghindari pengobatan untuk menghindari konsekuensi sosial sebagai pengidap TB. Dalam kebanyakan kasus, ketika orang memilih pengobatan, mereka akhirnya dikucilkan.

Halaman:

Editor: Rosi Maria

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Beli Mobil Bekas Mudah dan Aman Hanya di mobil88

Selasa, 26 September 2023 | 10:29 WIB
X