JAKARTA - Kalau salah satu orang tua Anda pernah mengambil jurusan terkait STEM (sains, teknologi, rekayasa, atau matematika), ada kemungkinan lebih baik Anda juga mengambil jurusan di bidang STEM dan bertahan, menurut sebuah studi baru di Universitas Negeri Portland.
Peneliti sosiologi -- mahasiswa doktoral tahun kedua Ned Tilbrook dan profesor Dara Shifrer -- menemukan bahwa siswa yang orang tuanya memiliki gelar sarjana di bidang STEM tidak hanya lebih cenderung memilih dan bertahan di jurusan STEM dibanding siswa yang orang tuanya tidak memiliki gelar sarjana, tetapi mereka juga secara signifikan lebih cenderung memilih dan bertahan di jurusan STEM dibanding siswa yang orang tuanya lulus dengan gelar di beberapa bidang lain.
Tilbrook dan Shrifer menyebut ini sebagai modal kultural yang khusus STEM. Mereka menyarankan agar orang tua menyebarkannya kepada anak-anak mereka melalui berbagai cara: terlibat dalam kegiatan atau percakapan tentang topik ilmiah; membina lingkungan rumah yang menghargai STEM dan dengan demikian menanamkan nilai-nilai, sikap dan kebiasaan kerja akademis yang dibutuhkan untuk berhasil di bidang STEM; dan mendorong anak-anak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada matematika dan sains.
Apa yang terjadi di rumah kemudian berdampak pada pengalaman mereka di sekolah dengan guru menghadiahi mereka dengan pekerjaan rumah yang lebih menantang, menghasilkan nilai bagus, nilai ujian lebih tinggi, dan akhirnya gelar, seperti dikutip dari Portland State University, Kamis (9/12/2021).
Tilbrook menambahkan bahwa orang tua dengan gelar STEM mungkin lebih cocok untuk mengomunikasikan nilai-nilai pada jurusan STEM dan mempersiapkan anak-anak mereka menghadapi hambatan umum di sepanjang perjalanan di perguruan tinggi.
"Berbicara dengan fakultas di bidang STEM, mereka memiliki gagasan bahwa itu semua terjadi secara meritokratis di mana orang yang memiliki kemampuan paling alami berakhir di jurusan STEM dan berhasil di dalamnya," kata Shifrer. "Tetapi ketidaksetaraan sosial memang memainkan faktor dalam menentukan siapa yang mengambil jurusan STEM dan siapa yang berhasil di STEM."
Shifrer mengatakan bahwa sekolah - baik K-12 dan pendidikan tinggi - perlu mengisi kesenjangan dan memberikan jenis pengetahuan dan kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk berhasil di bidang STEM. “Jurusan STEM seharusnya tidak hanya dapat diakses oleh anak-anak yang orang tuanya juga mengambil jurusan itu,” katanya. (E-4)