SINAR HARAPAN--Lokananta, studio rekaman pertama di Indonesia yang berlokasi di Kota Solo, Jawa Tengah, telah selesai direvitalisasi dan ke depan akan fokus pada lima pilar bisnis.
"Lokananta memiliki masa depan yang berkelanjutan dengan berfokus pada lima pilar bisnis, yaitu museum/galeri, studio rekaman, arena pertunjukan musik dan seni, area kuliner, dan galeri UMKM," kata Direktur Utama PT Danareksa (Persero) Yadi Jaya Ruchandi saat jumpa pers Festival Lokananta, di Solo, Jumat.
Kementerian BUMN melalui Danareksa-PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dengan dukungan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menghidupkan kembali aset milik Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) itu, dengan merevitalisasi dan melakukan optimalisasi aset Lokananta.
"Kami ingin juga memastikan bahwa Lokananta ini menjadi anggaplah destinasi wisata. Mohon didukung menjadi wadah para musisi dan seniman lokal, kalau bisa bahkan internasional. Jadi, dulu pernah disamakan dengan Abbey Road kualitas dari recording-nya dan juga dengan kita pasar di sini digital recording yang sangat baik, sehingga sebetulnya bisa digunakan untuk rekaman maupun showcase yang ada di Lokananta," ujar Yadi.
Untuk menjalankan lima pilar bisnis Lokananta, Danareksa-PPA juga berkolaborasi dengan M Bloc Group sebagai operator.
CEO Lokananta Wendi Putranto mengatakan Lokananta yang baru memiliki visi untuk menjadi creative and commercial hub bagi para musisi, seniman, dan UMKM lokal, sehingga dapat memberikan dampak sosial, pertumbuhan ekonomi, dan pelestarian budaya Indonesia.
Lokananta nantinya juga bakal menerapkan pola placemaking seperti di M Bloc Space, Jakarta Selatan.
Visi tersebut akan diwujudkan dengan enam misi Lokananta, yakni destinasi cagar budaya musik Indonesia, pertunjukan kesenian usaha sebagai hubungan masyarakat, melestarikan dan mengembangkan aset-aset seni budaya dalam bidang musik, ruang kreatif publik bagi kegiatan komunitas dan umum, pusat pengembangan talenta kreatif, dan pemberdayaan sekaligus pembinaan bisnis UMKM.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka juga menyambut baik rampungnya revitalisasi Lokananta tersebut dan mengharapkan nantinya bisa menjadi tempat bagi para musisi untuk berkreasi
"Intinya bagus tinggal kita ramaikan tempat ini. Jadi, teman-teman anak muda para musisi bisa berkreasi mencurahkan idenya di sini," ujar Gibran.
Gibran mengatakan bahwa Lokananta merupakan salah satu dari 17 titik prioritas pembangunan di Kota Solo.
"Lokananta itu ada di nomor 14. Jadi, sudah kami buka satu per satu. Jadi, Kota Solo jangan diejek sebagai kota yang tidak punya destinasi, bangunannya banyak yang mangkrak saya benarkan semua. Intinya, nomor 14 (Lokananta) sudah selesai," kata Gibran.
Indra Vox
Perusahaan ini didirikan atas inisiatif R. Maladi pada tanggal 29 Oktober 1956 dengan nama Perusahaan Piringan Hitam Lokananta sebagai bagian dari Jawatan Radio Kementerian Penerangan Republik Indonesia.
Lokananta kurang lebih berarti "seperangkat gamelan surgawi dalam pewayangan Jawa yang dapat berbunyi sendiri dengan merdu". Fungsi utama Lokananta saat itu adalah menduplikasi bahan siaran dari RRI.
Dikutip dari Wikipedia, perusahaan ini sempat diusulkan diberi nama Indra Vox (singkatan dari Indonesia Raya Vox), namun kemudian ditolak oleh Presiden Soekarno. Pada tahun 1958, piringan hitam dari perusahaan ini mulai dicoba untuk dipasarkan ke masyarakat umum melalui RRI.
Pada tahun 1961, status perusahaan ini diubah menjadi perusahaan negara dengan nama PN Lokananta, dan bidang usahanya dikembangkan menjadi label rekaman, dengan spesialisasi pada lagu daerah dan pertunjukan kesenian, serta penerbitan buku dan majalah.
Pada tahun 1972, produksi audio Lokananta dialihkan dari piringan hitam ke kaset. Pada tahun 1983, Lokananta membentuk unit penggadaan film dalam format pita magnetik (Betamax dan VHS).
Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia menggabungkan Lokananta ke dalam Perum Percetakan Negara RI (PNRI), sehingga Lokananta menjadi salah satu cabang dari perusahaan tersebut. Sebagai cabang dari PNRI, bisnis Lokananta antara lain perekaman musik, duplikasi audio (kaset & CD), penyiaran, percetakan, dan penerbitan.
Pada tanggal 21 Februari 2017, Lokananta menjalin kerja sama dengan Langit Musik, sehingga lagu-lagu dari Waldjinah dan sejumlah artis lain yang disimpan oleh Lokananta, secara bertahap dapat dinikmati di Langit Musik.
Lokananta menyimpan ribuan lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia dan lagu-lagu pop lama, termasuk di antaranya lagu-lagu keroncong. Selain itu Lokananta mempunyai koleksi tidak kurang dari 53.000 keping piringan hitam dan 5.670 master rekaman daerah bahkan rekaman pidato-pidato Presiden Soekarno, juga master Proklamasi.
Koleksinya antara lain terdiri musik gamelan Jawa, Bali, Sunda, Sumatra Utara (batak) dan musik daerah lainnya serta lagu lagu folklore ataupun lagu rakyat yang tidak diketahui penciptanya. Rekaman gending karawitan gubahan dalang kesohor Ki Nartosabdo, dan karawitan Jawa Surakarta dan Yogyakarta merupakan sebagian dari koleksi yang ada di Lokananta.
Tersimpan juga master lagu berisi lagu-lagu dari penyanyi legendaris seperti Gesang, Waldjinah, Titiek Puspa, Bing Slamet, Buby Chen dan Sam Saimun. Lokananta telah melahirkan beberapa penyanyi ternama di Indonesia.
Beberapa contoh produksi Lokananta lainnya antara lain: lagu Rasa Sayange bersama lagu daerah lainnya dalam satu piringan hitam. Piringan hitam ini kemudian dibagikan kepada kontingen Asian Games pada tanggal 15 Agustus 1962. Pada tahun 2018, satu set piringan hitam Souvenir From Indonesia (Asian Games 1962) dicetak ulang dalam bentuk Boxset CD, dan dibagikan ke setiap atlet yang berlaga di Asian Games & Asian Para Games 2018.
Lokananta juga memproduksi rekaman resmi pertama lagu Indonesia Raya versi 3 stanza aransemen Josef Cleber. Pada 18 - 20 Mei 2017, lagu kebangsaan Indonesia ini direkam ulang oleh Gita Bahana Nusantara di bawah asuhan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.[butuh rujukan]
Artikel Terkait
Glenn Fredly Aktif Kampanyekan "Save Lokananta"