SINAR HARAPAN - DOKTER spesialis anak dari Rumah Sakit Universitas Indonesia dr. Yoga Devaera, Sp.A(K) membagikan kiat mengatasi anak yang makan dalam jumlah sedikit atau susah makan, antara lain keluarga harus mampu menjadi panutan yang baik untuk anak.
"Sayangnya nggak bisa juga kalau kita mengharapkan anak makan sehat, tapi, keluarganya makannya nggak sehat, nggak mungkin. Jadi, harus ada role model (panutan) dalam keluarga," kata Yoga saat diskusi kesehatan di Jakarta, Sabtu.
Selain pentingnya panutan, Yoga mengatakan orang tua juga tidak boleh menyerah untuk memperkenalkan makanan-makanan baru kepada anak.
Baca Juga: Manfaat Makan Bengkoang: Bisa Turunkan Tekanan Darah dan Cocok Jadi Cemilan Penderita Diabetes
Jika hari ini anak menolak makanan yang disajikan, orang tua dapat mencobanya kembali dalam tiga hari atau satu minggu ke depan dengan harapan semakin sering dihidangkan maka lama-kelamaan anak akan terbiasa.
"Kapan boleh menyerahnya? Kalau sudah lima belas kali mencoba anaknya nggak mau juga, baru itu namanya nggak doyan. Tapi, baru (coba) dua kali, misalnya, setiap dikasih (daging) hati 'nggak mau, nih, Dok'. Nggak boleh menyerah, coba lagi nanti," kata Yoga.
Meskipun begitu, Yoga juga mengingatkan bahwa membina selera makan anak seharusnya dimulai sejak awal, yaitu sejak anak masih dalam kandungan dan saat fase menyusui. Ibu diingatkan untuk tidak terlalu memilih-milih makanan yang dikonsumsi.
Keragaman jenis makanan bergizi yang dikonsumsi ibu hamil dan menyusui secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi anak.
"Sehingga sejak dalam kandungan ini, bayi sudah terbiasa dengan rasa makanan yang dimakan oleh ibunya. Ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa ternyata air ketuban itu ada rasanya, sesuai dengan yang dimakan ibu. Jadi, kalau ibunya terbiasa makan segala jenis makanan tentu pada saat (bayi) makan MPASI (makanan pendamping air susu ibu), dia sudah nggak asing," kata Yoga.
Anak yang kekurangan asupan nutrisi sesuai kebutuhannya dikhawatirkan dapat mengalami masalah kesehatan.
Misalnya, dalam jangka pendek anak mudah terkena penyakit infeksi yang kemudian juga akan semakin mempengaruhi kurangnya nafsu makan.
"(Saat sakit) pasti nafsu makan anak turun, tingkat nafsu makan anak turun. Anaknya makin kurus, makin gampang lagi kena penyakit. Jadi itu kayak siklus lingkaran setan, ya, karena memang anak yang punya masalah nutrisi, daya tahan tubuhnya menjadi rendah," kata Yoga.
Dalam jangka panjang, kata Yoga, anak berpotensi mengalami stunting dengan risiko mengalami kemampuan belajar dan fungsi kognitif yang lebih rendah.
Salah satu upaya pencegahan stunting yaitu dengan melakukan pemantauan pertumbuhan berkala sehingga dapat mendeteksi perlambatan pertumbuhan lebih awal.
Yoga juga mengingatkan orang tua untuk selalu berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendapatkan rekomendasi penanganan yang tepat untuk anak.***
Artikel Terkait
5 Hal Berikut Sebaiknya Tak Dilakukan Sebelum dan Sesudah Makan, Salah Satunya Minum Kopi atau Teh
Si Kecil Ogah Makan Sayur? Jangan Putus Asa Dulu, Ini Langkah yang Bisa Dicoba Moms!
Seorang Wanita Thailand Ditangkap Polisi Setelah Unggah Video Makan Semangkuk Kelelawar
Wishnutama, Sosok Brilian di Belakang Panggung Megah Jamuan Makan Malam KTT G20 di Garuda Wisnu Kencana Bali
Greyhound Cafe, Restoran Thailand dan Jepang 'Instagrammable' di Bekasi, Makan Enak Sambil Foto-foto
Cegah Osteoporosis Dimulai dari Pola Makan, Ini Manfaat Kandungan Zaitun untuk Kesehatan Tulang
Ini Cara Mengembangkan Pola Makan Sehat, Ternyata Salah Satunya Menghentikan Budaya Diet