SINAR HARAPAN--Selesainya renovasi dan revitalisasi Gedung Kesenian Miss Tjitjih di kawasan Cempaka Putih Baru, Jakarta Pusat, diharapkan mampu membangkitkan kembali eksistensi budaya lokal.
Dinas Kebudayaan DKI Jakarta diharapkan Renovasi gedung bersejarah tersebut sudah berjalan lama dan baru rampung. Revitalisasi gedung Mis Tjitjih tersebut akan berguna bagi pelestarian budaya yang saat ini makin tergeser dan ditinggalkan oleh generasi muda.
Dinas Kebudayaan DKI Jakarta diharapkan Renovasi gedung bersejarah tersebut sudah berjalan lama dan baru rampung. Revitalisasi gedung Mis Tjitjih tersebut akan berguna bagi pelestarian budaya yang saat ini makin tergeser dan ditinggalkan oleh generasi muda.
Miss Tjijih dikenal sebagai legenda sandiwara pada masa kolonial dulu. Ia seorang bintang kelahiran Sumedang, Jawa Barat, yang bermain sandiwara keliling berbahasa Sunda.
Kepiawaiannya menari dan bermain tonil makin berkembang setelah bertemu Aboebakar Bafaqih, seniman asal Bangil, Jawa Timur, pemilik kelompok sandiwara keliling Komedie Stamboel (1891-1903) yang sedang mengadakan pertunjukan keliling di Jawa Barat.
Saat itu Miss Tjijih berusia 18 tahun. Bafaqih langsung tertarik dan mengajaknya masuk ke dalam perkumpulan sandiwara bentukannya, Opera Valencia. Ajakan Bafaqih tersebut disambut baik Nyi Tjitjih. Mulai saat itu Nyi Tjitjih menjadi bagian dari Opera Valencia.
Dikutip dari Wikipedia, Sandiwara Miss Tjitjih pernah diundang main di Istana Bogor pada tahun 1931. Selain main di Gedung Kramat Raya, maka Sandiwara Miss Tjitjih juga mempunyai jadwal tetap di Pasar Baroe, hingga di Pasar Baroe ditutup tahun 1936. Seperti diketahui Miss Tjitjih kemudian mengidap penyakit TBC.
Pada tahun 1936, ketika keliling dan main di Cikampek, Miss Tjitjih terjatuh pada suatu akhir pertunjukan, dan dikira itu merupakan salah satu adegan. Meskipun dalam keadaan sakit-sakitan, namun Miss Tjitjih tetap manggung, dan penyakitnya makin menggerogoti tubuhnya, sehingga pada tahun 1936 ia pulang ke Sumedang, namun jiwanya tidak tertolong dan meninggal di kampung halamannya.
Pelestarian tradisi
Sekretaris Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Imam Hadi Purnomo menjelaskan renovasi Gedung Kesenian Miss Tjitjih meliputi seluruh bagian gedung. Di antaranya interior, eksterior, atap, panggung, sound sistem, kursi penonton.
"Memang jarang sekali terlihat ada gedung kesenian yang representatif di tengah warga masyarakat di kawasan Kemayoran ini sehingga dengan adanya gedung Miss TjiTjih ini tentu kami harapkan bisa meningkatkan kegiatan-kegiatan seni budaya di kawasan Kemayoran, Cempaka Putih dan sekitaran Jakarta Pusat tentunya," ujarnya.
Ketua Paguyuban Miss Tjitjih Syarifah Rohmah mengapresiasi selesainya pembangunan itu. Dia mengatakan para seniman ikut merasakan bahagia dengan keberadaan gedung baru tersebut.
"Seniman ini merasa bangga dengan adanya gedung yang begini megahnya dan ini menambah semangat kami untuk meneruskan kesenian yang ada," tuturnya.
"Memang jarang sekali terlihat ada gedung kesenian yang representatif di tengah warga masyarakat di kawasan Kemayoran ini sehingga dengan adanya gedung Miss TjiTjih ini tentu kami harapkan bisa meningkatkan kegiatan-kegiatan seni budaya di kawasan Kemayoran, Cempaka Putih dan sekitaran Jakarta Pusat tentunya," ujarnya.
Ketua Paguyuban Miss Tjitjih Syarifah Rohmah mengapresiasi selesainya pembangunan itu. Dia mengatakan para seniman ikut merasakan bahagia dengan keberadaan gedung baru tersebut.
"Seniman ini merasa bangga dengan adanya gedung yang begini megahnya dan ini menambah semangat kami untuk meneruskan kesenian yang ada," tuturnya.
Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta, Iman Satria, berharap kegiatan dan karya-karya kebudayaan tradisi Indonesia dapat ditampilkan kembali.
Ia mendukung upaya Dinas Kebudayaan DKI Jakarta untuk merevitalisasi sejumlah gedung kesenian di Jakarta. Beberapa di antaranya seperti Gedung Kesenian Jakarta dan Bharata yang rencananya segera direvitalisasi tahun 2023 ini.