SINAR HARAPAN - BUMI telah mengalami musim Juni-Agustus yang paling panas yang pernah tercatat tahun ini, menurut laporan dari badan antariksa Amerika NASA dan Badan Oseanografi dan Atmosfer Nasional (NOAA).
Ini merupakan musim panas terpanas di belahan bumi utara dan musim dingin terhangat di belahan bumi selatan.
Selama bulan Juni, Juli, dan Agustus, suhu rata-rata mencapai 0,23 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan dengan musim panas sebelumnya, menurut catatan NASA.
Ini bahkan 1,2 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata musim panas antara tahun 1951 dan 1980.
Selain itu, suhu bulan Agustus sendiri juga mencapai peningkatan sekitar 1,2 derajat Celsius dari kondisi biasanya.
Penting untuk dicatat bahwa di belahan bumi utara, musim panas meteorologi berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus.
Rekor suhu yang baru ini terjadi dalam konteks gelombang panas global yang telah memperparah kebakaran hutan di Kanada dan Hawaii.
Hal tersebut juga menyebabkan cuaca panas yang ekstrem di berbagai wilayah seperti Amerika Selatan, Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat, seperti yang diungkapkan oleh NASA.
Administrator NASA, Bill Nelson, mengungkapkan dalam pernyataannya, “Rekor suhu musim panas tahun 2023 bukan hanya sekedar angka namun menghasilkan konsekuensi dunia nyata yang mengerikan," katanya.
"Dari suhu yang terik di Arizona dan di seluruh negeri, hingga kebakaran hutan di seluruh Kanada, dan banjir ekstrem di Eropa dan Asia, cuaca ekstrem mengancam kehidupan dan penghidupan di seluruh dunia," ujar Bill lagi.
Emisi gas rumah kaca telah diidentifikasi sebagai penyebab utama perubahan iklim dan tren pemanasan global yang menyebabkan musim panas yang sangat panas.
Sarah Kapnick, Kepala Ilmuwan NOAA, menyatakan,"Bulan lalu bukan hanya bulan Agustus terpanas yang pernah tercatat, namun bulan ini juga merupakan bulan Agustus ke-45 berturut-turut dan bulan ke-534 berturut-turut dengan suhu di atas rata-rata abad ke-20."