SINAR HARAPAN - PENELITIAN terbaru dari National Institutes of Health (NIH) menunjukkan tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara partikulat relatif tinggi dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Para ilmuwan dari Institut Nasional Ilmu Kesehatan Lingkungan dan Institut Kanker Nasional NIH melakukan penelitian dengan melibatkan lebih dari 500.000 pria dan wanita.
Partisipan berasal dari enam negara bagian (California, Florida, Louisiana, New Jersey, North Carolina, dan Pennsylvania) serta di dua wilayah metropolitan (Atlanta dan Detroit).
Baca Juga: Berikut 8 Tanaman yang Membantu Mengurangi Polusi Udara Akibat PM 2.5, Salah Satunya Si Daun Dolar
Penelitian ini merupakan salah satu investigasi risiko kanker terbesar yang pernah dilakukan.
Selama lebih dari 20 tahun, para peneliti mengidentifikasi 15.870 kasus kanker payudara.
Penelitian ini mengukur konsentrasi historis PM2.5, yang merupakan jenis polusi udara partikulat berasal dari sumber seperti emisi industri dan knalpot mobil yang partikelnya memiliki diameter 2,5 mikron atau lebih kecil.
Baca Juga: Bagaimana Proses Pembersihan Polusi Udara dengan Hujan Buatan, Seberapa Efektif? Simak Penjelasannya
Partikel-partikel sekecil itu dapat terhirup dalam paru-paru dan dapat memperburuk kondisi seperti asma dan penyakit pernapasan lainnya.
Selain itu, mereka juga dapat menyebabkan masalah kardiovaskular seperti detak jantung tidak teratur dan bahkan serangan jantung yang tidak fatal.
Studi terbaru ini menemukan bahwa tingkat konsentrasi PM2.5 yang lebih tinggi juga berhubungan dengan risiko lebih tinggi terhadap beberapa jenis tumor kanker payudara tertentu.
Para peneliti menduga bahwa PM2.5 dapat memicu gangguan endokrin yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker.
Dr. Alexandra White, penulis utama dan kepala Kelompok Epidemiologi Lingkungan dan Kanker di NIEHS, mengatakan, "Kami mengamati adanya peningkatan sebesar 8 persen dalam kejadian kanker payudara bagi mereka yang tinggal di daerah dengan paparan PM2.5 yang lebih tinggi."
"Meskipun peningkatan ini relatif kecil, temuan ini signifikan mengingat polusi udara merupakan paparan yang berdampak pada hampir semua orang," katanya lagi,
