Pasar ternak (Youtube.com)
SINARHARAPAN--Majelis Ulama Indonesia (MUI) menanggapi keresahan masyarakat mengenai kemungkinan hewan kurban terinfeksi virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dengan segera mengeluarkan fatwa mengenai masmalah tersebut.
Sekretaris Komisi fatwa MUI, KH Miftahul Huda mengatakan pembahasan masalah ini dilakukan bersama sejumlah ahli dan kementerian terkait.
"Setelah kita mendengar pendalaman dari ahli terkait virus PMK kita baru mengeluarkan statement fatwa tentang hewan yang terpapar virus PMK sah atau tidak untuk dijadikan (hewan) kurban,” ujar Miftahul dikutip dalam laman resmi MUI, Selasa (24/5).
Menurut dia, ada beberapa pernyataan dari dokter yang masih memperbolehkan hewan yang terpapar virus PMK dikonsumsi. Tapi untuk hewan kurban memiliki persyaratan khusus.
Persyaratan hewan kurban, katanya, di antaranya harus sehat secara fisik, baik anggota tubuhnya tidak ada yang cacat, maupun tidak memiliki gangguan virus. "Oleh karena itu, harus berhati-hati, meskipun ada pernyataan dari dokter bahwa daging hewan yang sudah terpapar virus PMK itu layak dikonsumsi. Tetapi untuk hewan kurban memiliki persyaratan khusus,” ujarnya.
Dampak virus PMK terhadap hewan, kata dia menyebabkan tidak dapat berjalannya hewan karena menyerang tubuh kaki. Bahkan, dia melihat banyak sapi mati di beberapa daerah karena terpapar pandemi PMK.
"Hewan pincang saja tidak boleh digunakan untuk kurban, apalagi yang tidak bisa jalan dan juga, kami membaca-baca literatur bahwa hewan yang sudah terpapar virus PMK ini ada bagian-bagian tubuh yang tidak boleh dikonsumsi, bagian mulut, kaki, dan jeroan (daleman),” tuturnya.
Fatwa ditunggu
Sementara itu, anggota Komisi IV DPR RI Hermanto meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa terkait pelaksanaan penyembelihan hewan kurban di tengah wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Indonesia.
Menurut dia sebelumnya Menteri Pertanian menyampaikan wabah PMK sudah terdeteksi di 82 kabupaten/kota pada 16 propinsi. Sampai tanggal 22 Mei 2022 telah terdapat 5.454.454 dari 13.841.258 ekor populasi sapi dan kerbau terdampak PMK.
Terkait dengan wabah PMK, Menteri Pertanian telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang pelaksanaan kurban dan pemotongan hewan dalam situasi wabah PMK.
"SE ini harus segera disebarkan. SE ini bisa menjadi input bagi fatwa MUI sekaligus pedoman bagi peternak dan masyarakat dalam transaksi jual beli hewan kurban sapi, kerbau dan kambing," kata dia yang berasal dari daerah pemilihan I Sumbar.
Hermanto juga minta Menteri Pertanian agar jangan sampai PMK dijadikan sebagai isu perang dagang mengingat sebentar lagi masyarakat Muslim akan merayakan Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah.
"Menjelang dan saat hari raya Idul Adha tentu terjadi peningkatan permintaan sapi, kerbau dan kambing untuk keperluan kurban. Isu PMK jangan jadi alasan masuknya sapi/kerbau impor ke Indonesia. Bila hal itu terjadi maka tentu akan merugikan peternak lokal," katanya.
Ia meminta pemerintah memberi peluang pasar jelang Idul Adha bagi peternak lokal agar bisa meraih keuntungan.
Selain itu, Hermanto juga meminta Menteri Pertanian agar secara serius menangani wabah PMK agar penyebarannya tidak meluas dengan cara memberikan vaksin, membatasi mobilitas sapi/kerbau serta memperkuat sistem dan pelaksanaan kerja karantina hewan di setiap pintu masuk dan perbatasan.
"Pengendalian tidak hanya pada ruang gerak hewan di daerah-daerah tetapi juga mencegah masuknya hewan sapi/kerbau dalam bentuk hidup, daging mentah maupun olahan dari luar negeri," kata dia.*