SINAR HARAPAN - Pascabencana banjir yang menerjang dua kecamatan di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Pemerintah mulai melakukan normalisasi sungai dan saluran air di daerah tersebut.
"Proses normalisasi sedang berlangsung di sejumlah sungai di Kecamatan Balinggi dan Torue," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Parigi Moutong, Amiruddin, dihubungi dari Palu, Selasa 6 Juni 2023.
Amiruddin mengatakan bahwa normalisasi sungai merupakan salah satu prioritas yang dilakukan saat ini selain pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana banjir.
Baca Juga: Terjadi Lebih 15 Kali Keterlambatan Pesawat Angkutan Haji, Kemenag Minta Perhatian Maskapai
Hasil kajian pemerintah mengungkapkan bahwa banjir terjadi akibat tanggul jebol di sejumlah sungai sehingga material lumpur dan kayu menghantam pemukiman warga.
"Tiga instansi mengambil peran kegiatan normalisasi, yakni BPBD Parigi Moutong, BPBD Provinsi Sulawesi Tengah, dan Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) III, dan ketiganya sudah dibagi wilayah kerja," ujarnya.
Ia memaparkan normalisasi Sungai Purwokerto, daerah aliran sungai (DAS) Desa Balinggi Jati, dan desa lainnya di Kecamatan Balinggi yang mengalami tanggul jebol dilaksanakan BPBD Sulteng.
Baca Juga: Seluas 26 Hektare Lahan Terbakar di Barito Selatan Berhasil Dipadamkan Petugas BNPB
Penanganan saluran pembuangan Taman Sari Desa Balinggi Jati ditangani BPBD Parigi Moutong, termasuk Sungai Tolai di Kecamatan Torue dan penanganan sungai di Dusun Gitgit Desa Balinggi oleh BWSS III.
"Kolaborasi seperti ini penting, supaya kondisinya cepat pulih dan tidak lagi memberikan ancaman terhadap warga sekitar bila sewaktu-waktu terjadi hujan lebat dengan durasi waktu lama," kata dia.
Menurut kajian BPBD setempat, Parigi Moutong rawan bencana hidrometeorologi, berupa banjir, karena faktor geografis, sebab daerah ini memiliki banyak DAS.
Baca Juga: OPEC Pangkas Produksi, Harga Minyak Hari Ini Menguat
Dalam peristiwa banjir, wilayah terdampak parah di Kecamatan Balinggi. Data sementara BPBD setempat, sekitar 3.555 jiwa atau 1.082 kepala keluarga (KK) terdampak bencana tersebut dan saat ini sekitar 41 warga mengungsi.
"Di masa tanggap darurat selama 14 hari, kami fokus pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak," katanya.***
Artikel Terkait
Gamelan Selonding Iringi Peringatan Hari Waisak se-Jabodetabek
Korban Gigitan Anjing Rabies di Pulau Timor NTT Bertambah Menjadi 139 Orang
Ribuan Umat Budha Lakukan Arak-arakan Jalan Kaki Dari Candi Mendut ke Borobudur
Tiga Siswa SD di Trenggalek Tenggelam di Kolam Renang
Solidaritas Perempuan Sulteng Gelar Aksi Dukungan Moral Pada Korban Pelecehan Seks
Pemerintah Hentikan Penggunaan Plastik Sekali Pakai Pada Akhir 2029
Kemenag Protes Penundaan Keberangkatan Jamaah Haji, Garuda Diminta Lebih Kooperatif dan Informatif
Seluas 26 Hektare Lahan Terbakar di Barito Selatan Berhasil Dipadamkan Petugas BNPB
Serentak Dibuka Besok di Jawa Barat, Cek Dokumen Yang Diperlukan Untuk Mendaftar PPDB Jabar 2023
Terjadi Lebih 15 Kali Keterlambatan Pesawat Angkutan Haji, Kemenag Minta Perhatian Maskapai