SINAR HARAPAN--Ribuan umat Buddha melakukan arak-arakan berjalan kaki dari Candi Mendut menuju ke Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Minggu, menjelang detik-detik Waisak 2567 BE/2023.
Penganut Buddha membawa api dharma Waisak yang diambil dari daerah Mrapen di Kabupaten Grobogan dan air berkah Waisak yang diambil dari Umbul Jumprit di Kabupaten Temanggung.
Api dharma dan air berkah Waisak telah disakralkan dalam puja bakti yang dilaksanakan oleh para biksu dan umat Buddha di Candi Mendut.
Ketua Umum DPP Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) S. Hartati Murdaya mengemukakan bahwa api merupakan sumber energi besar bagi kehidupan dan air melambangkan kerendahan hati, kesucian, dan ketenangan.
Arak-arakan penganut Buddha dari Candi Mendut menuju ke Candi Borobudur meliputi pembawa Bendera Merah Putih dan pembawa hasil bumi berupa padi, sayuran, dan buah-buahan.
Ribuan umat Buddha melakukan detik-detik Waisak 2567 BE/2023 pada Minggu pukul 10.41 WIB di halaman Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Detik-detik Waisak ditandai dengan pemukulan gong tiga kali dan pemercikan air suci, pembacaan paritta Jayanto, dan umat bersikap anjali.
Dalam renungan Waisak, Biksu Samanta Usala Mahasthavira menyampaikan bahwa tema Waisak tahun ini adalah "Aktualisasikan ajaran Buddha di dalam kehidupan sehari-hari".
Ia mengatakan pikiran merupakan pelopor bagi semua tindakan. Untuk mengendalikan semua tindakan harus dimulai dari meluruskan pandangan dan menjernihkan pikiran.
"Tanpa mengenal keberadaan kondisi dan keadaan diri sendiri yang terdiri atas jiwa dan raga maka semua tindakan cenderung tidak tepat dan salah kaprah, sehingga semua pembedaan diri tidak menghasilkan kebijaksanaan dan jasa pahala yang besar," katanya.
Ia menuturkan, di dalam sutra hati Sang Buddha menjabarkan bahwa hati bergejolak yang senantiasa berubah dan melekat itulah sesungguhnya sumber dari penderitaan melekat pada bahagia atau derita adalah dualisme dari hati.
Menurut dia, manusia awam senantiasa menginginkan dan mendambakan kebahagiaan namun tidak paham bagaimana menemukan kebahagiaan tertinggi.
Ia menjelaskan Buddha membabarkan semua dharma pada hakikatnya untuk mengobati penyakit batin.
Jika ingin mengubah nasib menjadi lebih baik ada baiknya belajar memahami dan membaktikan ajaran luhur bagaimana mengubah nasib dengan menata hati, membina batin, dan mencerahkan pikiran.
Rangkaian detik-detik Waisak ditutup dengan pradaksina oleh para biksu dan umat Buddha, yakni berjalan mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali.
Sementara itu Presiden Joko Widodo mendoakan semua makhluk dapat hidup berbahagia, khususnya di peringatan Hari Raya Trisuci Waisak 2567, Minggu.
"Kepada saudara-saudaraku Umat Buddha, selamat memperingati Hari Raya Waisak. Semoga semua makhluk hidup berbahagia," ujar Jokowi sebagaimana unggahan dalam media sosial Instagram @jokowi yang dipantau di Jakarta, Minggu.
Dalam akun Instagram Jokowi itu turut diunggah gambar ilustrasi biksu dari berbagai negara yang datang ke Indonesia dengan berjalan kaki guna menuju Candi Borobudur, di Magelang, Jawa Tengah.
Presiden menyampaikan para biksu ini melakukan ritual Tudhong dari Thailand, Malaysia, Singapura, sampai ke Indonesia dan mendapatkan penerimaan yang hangat dan ramah di
sepanjang jalan.
Artikel Terkait
Puluhan Umat Budha Ponorogo Lakukan Ritual 'Mandi Rupang Budhha' Jelang Waisak
Selamat Merayakan Hari Tri Suci Waisak 2567
Libur Waisak, Car Free Day di Jalan Sudirman Thamrin Ditiadakan Hari Ini
482.363 Kendaraan Tinggalkan Jabodetabek pada Periode Libur Panjang Hari Lahir Pancasila dan Waisak
Gamelan Selonding Iringi Peringatan Hari Waisak se-Jabodetabek