"Jadi, ini kedua kalinya gamelan selonding dimainkan untuk mengiringi ritual di Jawa setelah keruntuhan kerajaan Buddha. Padahal, gamelan selonding dulu sering dimainkan di Jawa dan Sumatera," ujar Ketua Panitia Acara Waisak KCI 2023 Phoenix dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.
Ia menjelaskan gamelan selonding merupakan alat musik pengiring upacara keagamaan dari peradaban Hindu-Buddha Nusantara. Gamelan tersebut mengiringi doa-doa dalam bahasa Kawi dan Sansekerta yang dilantunkan oleh lebih dari 300 orang.
Raja pertama Wangsa ini diyakini merupakan keturunan dari Wangsa Syailendra yang memerintah kerajaan Buddha di Jawa dan Sumatera bernama Shri Kesari Warmadewa, juga dikenal dengan gelar Dalem Salonding.
"Ada jejak sejarah yang perlu diungkap kembali antara Hindu-Buddha. Ini salah satu perkembangan yang sekarang mulai direkonstruksi kembali oleh komunitas ini," ujar Mariana yang juga melatih tim selonding KCI.
Gamelan selonding yang dimainkan pada peringatan Waisak merupakan set utuh, replikasi dari selonding besi langka yang merupakan gamelan tertua di Pulau Bali. Saat ini, selain di KCI, set utuh hanya tersisa di dua pura di Bali, yaitu Pura Besakih dan Pura Batur.
"Gamelan sudah berkembang, tidak hanya di Bali, dan sekarang di Indonesia dan bahkan sudah mendunia. Semoga bisa terus difungsikan dalam setiap ritual dan berkembang dari satu orang, dua orang, tiga orang, dan seterusnya," kata dia.
Artikel Terkait
Momen Libur Panjang Waisak, Jumlah Penumpang Kereta Meningkat 45 Persen
Puluhan Umat Budha Ponorogo Lakukan Ritual 'Mandi Rupang Budhha' Jelang Waisak
Selamat Merayakan Hari Tri Suci Waisak 2567
Libur Waisak, Car Free Day di Jalan Sudirman Thamrin Ditiadakan Hari Ini
482.363 Kendaraan Tinggalkan Jabodetabek pada Periode Libur Panjang Hari Lahir Pancasila dan Waisak