Bahas Kepemimpinan Indonesia di ASEAN 2023, Menlu RI: 'Kami Menolak Jadi Pion dalam Perang Dingin yang Baru'

- Selasa, 27 September 2022 | 09:38 WIB
Bahas Kepemimpinan Indonesia di ASEAN 2023, Menlu RI: 'Kami Menolak jadi pion dalam perang dingin yang baru' (ANTARA/HO-Kemenlu RI)
Bahas Kepemimpinan Indonesia di ASEAN 2023, Menlu RI: 'Kami Menolak jadi pion dalam perang dingin yang baru' (ANTARA/HO-Kemenlu RI)

SINAR HARAPAN - MENTERI Luar Negeri Retno Marsudi, saat menyampaikan pidato pada Sidang Majelis Umum PBB ke-77.

Ia mengatakan bahwa paradigma kolaborasi akan menjadi pedoman kepemimpinan Indonesia di ASEAN pada 2023.

"ASEAN adalah contoh di mana paradigma kolaborasi selalu dikedepankan," kata Menlu Retno, seperti disampaikan dalam keterangan Kementerian Luar Negeri pada Selasa.

Baca Juga: Deretan Negara ASEAN Larang Masuk Pendatang

"Dengan semangat itulah, Indonesia akan memimpin ASEAN sebagai Ketua tahun depan," ujarnya.

Menurut Retno, Indonesia berkomitmen untuk memperkuat persatuan dan sentralitas ASEAN agar Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara itu tetap menjadi relevan dan penting bagi rakyat, kawasan, dan dunia.

"Adalah komitmen Indonesia untuk memperkuat sentralitas ASEAN dalam membentuk tatanan regional di Indo-Pasifik ... menempa persatuan sebagai lokomotif perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan ... dan untuk memastikan ASEAN penting bagi rakyat kita, bagi kawasan, dan bagi dunia," ujarnya.

Baca Juga: Indonesia Konsisten Tekankan Pentingnya Konsensus Lima Poin ASEAN

Dalam pidatonya, Menlu Retno mengungkapkan keprihatinan bahwa di banyak kawasan, arsitektur regional pascaperang dibangun sebagai alat untuk mempengaruhi dan mengucilkan negara atau pihak tertentu.

"Fenomena ini berlanjut hari ini dengan pengelompokan mini-lateral. Banyak yang menjadi bagian dari perang proksi antara negara-negara besar. Ini bukanlah arsitektur regional yang seharusnya," ucapnya.

Retno menegaskan bahwa arsitektur regional seharusnya berfungsi sebagai blok pembangun untuk perdamaian dan stabilitas, dan bukan untuk merusak.

Baca Juga: Indonesia Diprediksi Pimpin Pasar e-wallet dan Paylater ASEAN 2025

"ASEAN dibangun tepat untuk tujuan ini. Kami menolak menjadi pion dalam Perang Dingin yang baru. Sebaliknya, kami secara aktif mempromosikan paradigma kolaborasi dengan semua negara," ujar Menlu Retno.

Dia menambahkan bahwa ASEAN juga akan terus serius dalam menyikapi dan menangani situasi di Myanmar.

Menlu Retno menyampaikan bahwa Indonesia sangat prihatin dengan kurangnya komitmen pihak militer Myanmar dalam menerapkan Konsensus Lima Poin.

Baca Juga: Ini Dia Mobil Favorit untuk Kategori Sedan di GIIAS, Mendapat Peringkat Bintang 5 dalam ASEAN NCAP

Kelima poin konsensus yang disepakati Myanmar dengan para pemimpin ASEAN adalah pengakhiran segera kekerasan di Myanmar.

Juga dialog antara semua pihak terkait, penunjukan utusan khusus, penyaluran bantuan kemanusiaan oleh ASEAN untuk Myanmar.

Tak lupa kunjungan utusan khusus ASEAN ke Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak.

Baca Juga: Cantik! Kebaya Encim, Kartini, Kutubaru hingga Ambon Jadi Ikon Pameran ASEAN Ladies Circle di Beijing

Pada kesempatan itu, Menlu Retno pun menekankan bahwa ASEAN harus terus bergerak maju dan tidak 'tersandera' oleh situasi di Myanmar.

"ASEAN harus terus maju dan tidak tersandera oleh situasi di Myanmar," kata Retno.

"Dukungan dari komunitas internasional, khususnya negara-negara tetangga Myanmar, sangat penting untuk mengembalikan demokrasi di Myanmar," ujarnya lagi.

Baca Juga: All New Honda HR-V dan All New Honda BR-V Berhasil Raih Bintang Lima pada Uji Tabrak ASEAN NCAP

Di kawasan Pasifik, menurut dia, Indonesia akan terus memperkuat kerja sama dengan negara-negara Pasifik.

"Kami akan bekerja sama untuk mengatasi tantangan bersama, termasuk penanganan perubahan iklim," jelas Retno.

Sebagai negara Pasifik, kami ingin melihat Pasifik sebagai bagian integral dari Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera," katanya.***

Editor: Rosi Maria

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X