Presiden Kazakhstan Minta Bantuan Rusia Cs Redam Kerusuhan

- Kamis, 6 Januari 2022 | 08:11 WIB
Arsip - Presiden Kazakstan Kassym-Jomart Tokayev umumkan keadaan darurat pada Selasa (4/1).
Arsip - Presiden Kazakstan Kassym-Jomart Tokayev umumkan keadaan darurat pada Selasa (4/1).

JAKARTA - Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengatakan telah meminta bantuan blok keamanan yang dipimpin Rusia (CSTO) meredam demo rusuh di negaranya dalam beberapa hari terakhir.

CSTO merupakan aliansi militer keamanan yang dipimpin Rusia dan beranggotakan negara bekas pecahan Uni Soviet seperti Belarus, Armenia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan.

Hingga kini, belum ada pernyataan resmi CSTO terkait permintaan Tokayev. Namun, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan pasukan penjaga perdamaian dari aliansi tersebut akan dikirim ke Kazakhstan untuk membantu meredam kerusuhan di negara itu.

Tokayev kini mengambil alih urusan keamanan nasional dan telah memecat Kepala Dewan Keamanan Nasional, Karim Masimov, akibat kekacauan ini. Demonstrasi rusuh yang dipicu protes kenaikan harga bahan bakar dan gas telah menewaskan delapan aparat keamanan, melukai lebih dari 300 orang, hingga memicu pengunduran diri massal kabinet pemerintah.

"Ini sebenarnya bukan lagi ancaman, ini adalah perusakan integritas negara dan yang paling penting adalah serangan terhadap warga negara kami yang telah meminta saya membantu mereka segera," ucap Tokayev seperti dikutip Reuters.

Dalam pidato di televisi nasional pada Kamis (6/1), Tokayev menganggap "geng teroris" yang telah dilatih pihak asing sedang merebut dan menduduki infrastruktur negara serta persenjataan. Ia menuturkan para pedemo yang dianggapnya "teroris" itu juga telah menduduki bandara Almaty, kota terbesar di Kazakhstan, dan lima pesawat.

"Almaty diserang, dihancurkan, dirusak, penduduk Almaty menjadi korban serangan teroris, bandit, oleh karena itu adalah tugas kita untuk mengambil semua tindakan yang mungkin untuk melindungi negara." Demonstrasi telah berlangsung sejak awal tahun baru. Semula, para pedemo marah dengan kenaikan harga bahan bakar dan gas LPG.

Namun, demo semakin rusuh hingga para pengunjuk rasa menyerbu dan membakar gedung-gedung pemerintah sambil meneriakkan penolakan terhadap mantan pemimpin Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev, yang dinilai masih memegang pengaruh di pemerintahan.

Padahal, Nazarbayev telah mengundurkan diri sebagai presiden pada 2019 setelah hampir tiga dekade berkuasa. Mantan presiden berusia 81 tahun itu masih dianggap secara luas sebagai kekuatan politik utama yang mengendalikan Kazakhstan. Ibu Kota Kazakhstan bahkan diganti menjadi namanya, Nur-Sultan pada 2020.

Keluarga Nazarbayev disebut mengendalikan sebagian besar ekonomi Kazakhstan, negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tengah. Sejumlah video yang tersebar di media sosial menunjukkan pengunjuk rasa berdemo di bawah patung perunggu raksasa Nazarbayev di timur Kota Taldykorgan. Mereka juga terlihat berupaya meruntuhkan patung tersebut.

Para pedemo pun turut menayangkan protes rusuh mereka di layanan streaming langsung media sosial, termasuk aksi pembakaran kantor Wali Kota Almaty. Kantor kejaksaan terdekat juga dilaporkan terbakar.

Pada Rabu pagi, ribuan pengunjuk rasa telah menyerbu pusat Almaty dengan truk besar. Kepala Polisi Almaty mengatakan kota itu diserang "ekstremis dan radikalis." (E-4)

Editor: editor4

Tags

Terkini

X