JAKARTA - Tingkat inflasi tahunan Turki melonjak ke level tertinggi dalam 19 tahun, yang kian menggambarkan gejolak keuangan negara itu sekaligus menimbulkan peringatan atas kebijakan presidennya. Harga-harga naik hingga lebih dari 36% pada bulan Desember seiring biaya transportasi, makanan, dan bahan pokok lainnya menghabiskan sebagian besar anggaran rumah tangga.
Kebanyakan bank sentral di dunia akan menaikkan suku bunga untuk membantu mengerem inflasi namun Turki tidak melakukannya. Presiden Erdogan telah menyatakan bahwa sebagai seorang Muslim ia tidak mendukung kenaikan suku bunga. Dia pun menggambarkan suku bunga sebagai "ibu dan ayah dari segala kejahatan."
"Mereka mengeluh kami terus memangkas suku bunga. Jangan harap yang lain dari saya," tegasnya. "Sebagai seorang Muslim, saya akan tetap menjalankan ajaran agama kami. Ini adalah perintah." Berdasarkan syariat Islam, Muslim dilarang menerima atau memetik bunga pinjaman.
Presiden Recep Tayyip Erdogan memprioritaskan ekspor daripada stabilitas mata uang. Nilai tukar lira terhadap dolar turun 44% dari tahun lalu, dan turun 5% lagi pada hari Senin sebelum kembali ke nilai semula. Erdogan telah menyebut suku bunga sebagai "ibu dan ayah dari semua kejahatan," dan telah menggunakan kebijakan yang lebih tidak ortodoks dalam upaya menurunkan harga termasuk campur tangan di pasar valuta asing. Dalam sebuah pidato pada hari Senin (03/01) dia mengatakan Turki "akan melalui transformasi ekonomi dan bangkit ke liga berikutnya".
Dia mengatakan negara itu "menuai buah terutama dalam ekspor hasil usaha dan kerja keras negara kita dalam 20 tahun terakhir untuk meningkatkan perdagangan luar negeri kita". Seorang ekonom memperkirakan bahwa inflasi dapat mencapai 50% pada musim semi jika arah kebijakan moneter tidak dibalik.
"Suku bunga harus segera dan secara agresif dinaikkan karena ini mendesak," kata Ozlem Derici Sengul, mitra pendiri di Spinn Consulting, Istanbul. Tapi dia paham bahwa bank sentral mungkin tidak akan bertindak. Erdogan merombak kepemimpinan bank sentral pada tahun lalu. Bank telah memangkas suku bunga menjadi 14% dari 19% sejak September.
Untuk mengerem jatuhnya lira, Erdogan meluncurkan skema tiga minggu lalu di mana negara melindungi deposito lokal yang dikonversi dari kerugian versus mata uang keras. Itu memicu kenaikan tajam nilai tukar lira hingga 50% dengan dukungan bank sentral. Tetapi lira kemudian tenggelam lagi pekan lalu, mendorong Presiden Erdogan menyampaikan seruan pada hari Jumat agar masyarakat menyimpan semua tabungan mereka dalam lira dan memindahkan emas ke bank.
Lira sempat merosot 18% dalam tempo sehari pada tanggal 23 November yang mendorong unjuk rasa dan puluhan warga ditangkap. Ungkapan kemarahan dari kalangan generasi muda Turki disampaikan lewat Twitter, streaming langsung di Twitch, video TikTok dan YouTube. "Saya tidak senang dengan pemerintah sama sekali. Saya tidak bisa membayangkan masa depan bagi saya sendiri di negara ini," kata seorang pemuda kepada wartawan di salah satu saluran YouTube. (E-4)