SINAR HARAPAN - SEJAK kebocoran ditemukan pada jalur pipa gas alam Nord Stream 1 dan 2 di Laut Baltik pada 26 September 2022.
Penyelidikan dan kajian yang dilakukan pihak berwajib ternyata masih belum menemukan jawaban pasti akan pertanyaan tentang siapa pelakunya.
Berdasarkan investigasi kepolisian setempat dan dibantu oleh Dinas Keamanan dan Intelijen Denmark, kebocoran yang terjadi di Zona Ekonomi Eksklusif Denmark itu adalah berasal dari ledakan yang cukup dahsyat.
Baca Juga: Rayakan 40 Tahun Berkarya di Dunia Musik, Madonna Gelar Konser di 35 Kota Amerika Utara Hingga Eropa
Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen juga menyebut insiden itu sebagai tindakan yang disengaja.
Ledakan yang disengaja sebagai penyebab kebocoran dari pipa gas Nord Stream itu merupakan sebuah hal yang mengejutkan, karena berarti ada pelaku peledakan dari jalur perpipaan yang berfungsi untuk menyalurkan gas dari Rusia ke Eropa melalui bawah laut Baltik.
Peledakan itu juga terjadi di tengah gencarnya invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina.
Baca Juga: NCT Dream Lanjutkan Tur 'The Dream Show 2' di Eropa dan AS Tahun Ini
Dengan demikian, wajar saja bila banyak pihak yang menilai bahwa peristiwa peledakan tersebut juga terkait dengan konflik antara Rusia dan Ukraina.
Direktur Dinas Intelijen Asing Rusia (SVR) Sergei Naryshkin, pada 30 September 202, menyatakan bahwa Moskow memiliki informasi intelijen yang mengindikasikan bahwa Barat berada di belakang "aksi teroris" terhadap jaringan pipa gas Nord Stream di bawah Laut Baltik.
"Kami punya informasi yang mengarah pada jejak Barat dalam pengaturan dan pelaksanaan aksi-aksi teroris ini," kata Sergei Naryshkin kepada pers seperti yang disiarkan oleh televisi pemerintah Rusia, sebagaimana dikutip dari Kantor Berita Reuters.
Naryshkin tidak mengungkapkan bukti yang dimiliki Rusia, tetapi mengatakan bahwa Barat akan "berusaha melakukan apa pun untuk menyembunyikan pelaku dan dalang sebenarnya dari aksi teroris internasional ini".
Tudingan Naryshkin itu serupa dengan pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin sehari sebelumnya yang menyatakan bahwa sabotase terhadap pipa gas Nord Stream adalah "sebuah aksi terorisme internasional".
Kremlin, julukan bagi pemerintah Rusia, juga mendesak adanya investigasi internasional untuk melakukan penyelidikan secara menyeluruh dalam mengungkap peristiwa ledakan itu.
Baca Juga: Jatuhkan Sanksi ke Junta Myanmar, Uni Eropa Sebut Alasan Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Sontak, Gedung Putih, sebutan bagi pemerintahan Amerika Serikat, tentu saja menolak mentah-mentah tuduhan Rusia bahwa pihak Amerika berada di balik insiden itu.
Investigasi wartawan AS
Tuduhan itu semakin menjadi setelah wartawan kawakan Amerika Serikat, Seymour Hersh, mengungkapkan dalam artikel di media platform berbayar, Substack, 8 Februari 2023, bahwa AS yang berada di balik ledakan yang merusak jaringan pipa gas Nord Stream.
Seymour Hersh, peraih penghargaan Pulitzer (penghargaan bagi jurnalis AS) pada 1970 itu, menuduh bahwa peledakan itu adalah sebuah operasi rahasia CIA atas perintah Presiden AS Joe Biden, bekerja sama dengan Norwegia.
Tudingan bombastis itu, yang hanya bergantung kepada satu sumber anonim atau tidak menyebutkan nama, menyatakan bahwa motif peledakan adalah mengurangi pengaruh ekonomi Rusia di Eropa.
Artikel Terkait
Latihan Militer TNI AD dan US Army Digelar, Diikuti Lebih dari 4.000 Tentara Gabungan Malaysia hingga Kanada
Sadis! Dua Pria Bersenjata Menyerang Warga Saskatchewan Kanada, 15 Terluka dan 10 Orang Tewas
Pria Pelaku Penusukan 10 Orang di Saskatchewan Kanada Tewas Tak Lama Setelah Ditangkap Polisi
Ini Perubahan yang Terjadi di Kanada Setelah Ratu Elizabeth Wafat, dari Paspor hingga Sumpah Kewarganegaraan
AS, Meksiko, dan Kanada Kutuk Serangan di Ibu Kota Brazil Setelah Kekalahan Jair Bolsonaro
Serangan Rusia Memanas, Kanada Kirimkan Tambahan 200 Kendaraan Lapis Baja ke Ukraina
Kanada Kirimkan Empat Tank Tempur ke Ukraina, Lengkap dengan Personel Pelatihan hingga Amunisi