SINAR HARAPAN - CENTRE for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington, AS menyatakan jumlah tentara Rusia yang tewas dalam satu tahun perang di Ukraina melebihi total 16 aksi militer Rusia dan Uni Soviet sejak Perang Dunia Kedua.
Menurut lembaga pemikiran itu, angka korban tewas dari pasukan Rusia setiap bulan pada tahun pertama invasi mereka di Ukraina 25 kali lebih banyak dibandingkan perang Rusia-Chechnya.
Perang itu sendiri berlangsung dua periode dan 35 kali lebih tinggi dibandingkan perang Uni Soviet-Afghanistan selama 10 tahun.
Baca Juga: Mandek, Para Menteri Keuangan Negara-negara G20 Gagal Membuat Konsensus Atas Perang Rusia-Ukraina
Korban tewas di pihak Rusia lima kali lebih banyak dibandingkan dengan musuhnya, Ukraina, yang totalnya mencapai 70.000 serdadu, kata CSIS seperti dikutip Daily Mail pada Jumat.
Dalam dua kali perang melawan Chechnya selama 15 tahun, Rusia kehilangan 13 ribu sampai 25 ribu tentara.
Sehingga jumlah tentara Rusia yang tewas dalam setahun perang di Ukraina lima kali lebih banyak dibandingkan tentara Rusia yang tewas dalam 15 tahun perang Rusia-Chechnya.
Baca Juga: Mandek, Para Menteri Keuangan Negara-negara G20 Gagal Membuat Konsensus Atas Perang Rusia-Ukraina
Di antara tentara Rusia yang menjadi korban tewas pertama dalam invasi ke Ukraina itu berasal dari resimen-resimen pasukan elite mereka.
Sementara itu, menurut laporan The Guardian dalam lamannya pada Jumat.
Pasukan Ukraina masih bertahan di Bakhmut sekalipun kota di Ukraina timur itu, yang dianggap strategis oleh Rusia dan Ukraina, sudah dikepung dari sisi selatan, utara dan timurnya.
Baca Juga: Justru Keluarkan Ultimatum Perang, Rusia Sebut Ukraina Tak Ada Tanda Siap Gelar Pembicaraan Damai
Ukraina kini dengan sekuat tenaga mempertahankan kota itu sekalipun sudah kehilangan begitu banyak tentara di sana.
The Guardian melaporkan bahwa di medan perang ini, 100 sampai 200 tentara kedua belah pihak tewas atau terluka setiap hari.
Pilihan Ukraina itu diambil karena alasan politis, ketimbang militer. Asumsi ini bahkan diutarakan oleh serdadu Ukraina sendiri yang bertempur di Bakhmut.
Baca Juga: Uni Eropa Umumkan Bentuk Pusat Penuntutan 'Kejahatan Agresi Rusia Terhadap Ukraina'
"Menurut saya, alasannya politis," kata Andriy, wakil komandan distrik Donetsk yang bertempur di Bakhmut, tanpa disebutkan nama belakangnya oleh The Guardian.
"Posisi (kami) sudah siap untuk mundur. Alasan mereka (tentara Ukraina) masih di sana adalah lebih karena politik," kata Andriy.***
Artikel Terkait
Sembilan Negara Uni Eropa Rencanakan Paket Sanksi untuk Iran Atas Pelanggaran HAM Tangani Pengunjuk Rasa
Inggris dan Uni Eropa Bakal Boikot Delegasi Rusia pada KTT G20 di Bali, Berencana Lakukan Pemogokan
Moskow Nyatakan Tak Terima Pembatasan Harga oleh Uni Eropa dan G7
Kroasia Kini Gunakan Mata Uang Euro, Jadi Negara ke-20 yang Adopsi Euro di Uni Eropa
Memanas, Uni Eropa dan China Desak DK PBB Adakan Pertemuan Setelah Menteri Keamanan Israel Kunjungi Al Aqsa
Jatuhkan Sanksi ke Junta Myanmar, Uni Eropa Sebut Alasan Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Uni Eropa Umumkan Bentuk Pusat Penuntutan 'Kejahatan Agresi Rusia Terhadap Ukraina'