Justru Keluarkan Ultimatum Perang, Rusia Sebut Ukraina Tak Ada Tanda Siap Gelar Pembicaraan Damai

- Kamis, 2 Maret 2023 | 15:30 WIB
Ilustrasi - Rusia sebut Ukraina tak ada tanda siap gelar pembicaraan damai. (Pixabay/Defence-Imagery)
Ilustrasi - Rusia sebut Ukraina tak ada tanda siap gelar pembicaraan damai. (Pixabay/Defence-Imagery)

SINAR HARAPAN - WAKIL Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Galuzin pada Rabu mengatakan tidak ada tanda-tanda Ukraina siap menggelar pembicaraan damai. Sebaliknya, Kiev justru mengeluarkan ultimatum perang.

Dalam wawancara dengan portal berita Rusia lenta.ru, Galuzin menyebut Rusia dan Ukraina tahun lalu memang mengadakan sejumlah pembicaraan dan menyetujui draf perjanjian perdamaian Maret tahun lalu di Istanbul.

Menurut dia, ada sekitar 17 versi berkaitan dengan draf itu, dan terakhir dikirim ke Ukraina pada 15 April dan belum dijawab.

Baca Juga: Kanada Kirimkan Empat Tank Tempur ke Ukraina, Lengkap dengan Personel Pelatihan hingga Amunisi

“Tampaknya karena melihat kemungkinan bahwa Rusia dan Ukraina mencapai kesepakatan yang dapat diterima bersama, Washington dan London melarang (Presiden Ukraina) Volodymyr Zelensky untuk melanjutkan perundingan,” kata Galuzin.

Kemudian pada 30 September, Zelenskyy mengeluarkan pernyataan bahwa tak mungkin berunding dengan presiden Rusia (Vladimir Putin).

Galuzin mengatakan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya NATO menentang perdamaian karena sudah mengeluarkan dana terlalu banyak di Ukraina, yang bagi mereka menjadi alat untuk melemahkan dan mengisolasi Rusia, merusak tatanan keamanan dan mempertahankan hegemoni mereka.

Baca Juga: Gegara Skandal Korupsi, Ukraina Pecat Menteri Pertahanan

Diplomat itu memastikan bahwa draf perjanjian perdamaian itu mengusulkan pemberian jaminan keamanan kepada Ukraina, akan tetapi jaminan itu diberikan dengan syarat.

Yakni netralitas, status non blok dan bebas nuklir, pengakuan atas realitas ada wilayah baru, menolak ideologi Nazi, demiliterisasi, menghargai hak warga minoritas dan pemulihan status bahasa Rusia.

Mengenai kemungkinan Ukraina masuk Uni Eropa, Galuzin mengatakan blok tersebut telah berubah dalam beberapa tahun terakhir, dari asosiasi integrasi ekonomi netral yang independen menjadi struktur militer internasional yang memusuhi Rusia.

Baca Juga: Rusia Khawatir, Negara Tetangga Ukraina Pilih Pemerintahan Pro-Barat

Dia menyebutkan pada 2020, Uni Eropa mendirikan Europe Peace Foundation untuk membiayai perang di Ukraina, melatih tentara Ukraina, memasok senjata dan menjatuhkan sanksi terkait perang kepada Rusia.

“Oleh karena itu menjadi anggota Uni Eropa saat ini adalah bergabung dengan uni yang agresif yang tidak bisa menjamin netralitas,” tekan Galuzin.

Galuzin mengatakan Rusia tidak memasuki wilayah Ukraina karena Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson sudah bergabung secara sukarela dengan Rusia.

Baca Juga: Jerman Pastikan Akan Kirim 178 Tank Leopard 1A5 ke Pemerintah Ukraina

Ia mengatakan masyarakat di wilayah-wilayah itu membuat pilihan secara bebas dan sadar melalui sebuah referendum yang relevan.

Mengenai kembali ke meja perundingan, Galuzin mengatakan proses tersebut tak dihentikan oleh pihaknya melainkan oleh pihak Ukraina.

“Hingga hari ini, kami tidak melihat tanda-tanda bahwa (Ukraina) serius menyelesaikan situasi dengan cara damai. Namun dengan jalan yang sebaliknya. Hanya populis dan ultimatum perang yang terdengar dari Kiev,” kata dia.

Baca Juga: Rusia Khawatir, Negara Tetangga Ukraina Pilih Pemerintahan Pro-Barat

Pada saat yang sama, Galuzin yakin banyak warga Ukraina menginginkan perdamaian dan pemulihan hubungan dengan Rusia.

Dia menegaskan Zelenskyy memenangkan pemilihan presiden Ukraina berkat janji mengakhiri konflik di Donbas.

Galuzin menyayangkan janji-janji selama pemilihan umum berubah menjadi slogan kosong dan kebohongan.

Baca Juga: Ukraina Berlakukan Sanksi 50 Tahun pada Lembaga Keuangan Rusia, Hubungan Bisnis Kini Terlarang

Volodymyr Zelenskyy selama kurang dari tiga tahun menuruti  saran Washington dan membuat Ukraina berada dalam konflik bersenjata melawan Rusia.

Saat ditanya mengenai kerjasama Rusia dengan Belarus, Galuzin mengatakan Belarus memahami kekhawatiran Rusia dan mengerahkan segala cara untuk mengorganisir pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina.

Dia menambahkan bahwa sanksi atas Rusia dan Belarus telah mempererat hubungan kedua negara.

Baca Juga: Mandek, Para Menteri Keuangan Negara-negara G20 Gagal Membuat Konsensus Atas Perang Rusia-Ukraina

“Angkatan bersenjata Belarus tidak turut langsung dalam operasi khusus, tetapi kemampuan bertempur mereka, didukung oleh kontingen pasukan gabungan Rusia-Belarus di wilayah republik itu, adalah kekuatan penangkal yang serius bagi rezim Ukraina,” tandas Galuzin.

Dia mengungkapkan bahwa latihan militer bersama Rusia-Belarus digelar agar kedua negara siaga menangkal potensi serangan ketika kondisi situasi geopolitik menjadi  rumit dan adanya negara tetangga yang bermusuhan.***

Halaman:

Editor: Rosi Maria

Sumber: PMJ

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X