Tiga Tahun Pandemi Covid 19, AS Sebut Virus Corona Mungkin Hasil Kebocoran dari Laboratorium di Wuhan

SINAR HARAPAN - TIGA tahun setelah dunia dilanda pandemi Covid 19, belum jelas hingga saat ini sumber virus yang menjadi awal mula penyakit tersebut.

Laporan rahasia yang baru diperbarui dari Departemen Energi Amerika Serikat yang diberitakan surat kabar Wall Street Journal mengatakan Covid 19 mungkin merupakan hasil kebocoran dari laboratorium.

Virus corona baru, SARS-CoV-2 pertama kali muncul di kota Wuhan di China tengah pada akhir 2019.

Baca Juga: 5 Tips Sebelum Travelling ke Jepang, Kini Tak Perlu Lagi Tunjukkan Hasil Negatif Tes Covid 19

Virus ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, sejauh ini menewaskan hampir 7 juta orang.

Virus tersebut menciptakan gejolak dalam ekonomi global ketika negara-negara menutup perbatasan dan memerintahkan lockdown.

Ini dilakukan untuk mencoba dan mengekang penyebaran virus yang pada awalnya tidak ada vaksin yang efektif.

Baca Juga: Hari Pertama Sekolah Beroperasi Setelah Libur Imlek di China, Diwarnai Kemunculan Kasus Covid 19 Massal

Temuan terbaru menunjukkan perubahan dalam pandangan departemen energi AS, yang mengatakan sebelumnya ragu-ragu tentang bagaimana virus itu muncul.

Para pejabat menolak untuk menguraikan intelijen yang telah mendorong departemen untuk mengubah posisinya.

Biro Investigasi Federal (FBI) dengan mengatakan virus itu mungkin menyebar setelah kecelakaan di laboratorium, sebuah kesimpulan yang dicapai FBI pada tahun 2021 dengan 'kepercayaan sedang'.

Baca Juga: Studi: Orang Terinfeksi Covid 19 Miliki Kekebalan Alami Tahan Lama Terhadap Penyakit Parah Akibat Varian Ini

Empat badan intelijen AS percaya dengan 'keyakinan rendah' bahwa Covid 19 terjadi melalui transmisi alami, sementara dua lainnya masih ragu-ragu, tambah Journal.

Terlepas dari analisis yang berbeda dari badan-badan tersebut, pembaruan tersebut menegaskan kembali konsensus yang ada bahwa Covid 19 bukanlah hasil dari program senjata biologis China.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan masih ada 'berbagai pandangan' tentang masalah ini.***