Angka Kesuburan Korea Selatan Anjlok ke Angka Terendah, Posisi Terbawah di Antara Lebih dari 260 Negara

- Kamis, 23 Februari 2023 | 13:52 WIB
Angka kesuburan Korea Selatan anjlok ke posisi terendah di dunia. (Pixabay)
Angka kesuburan Korea Selatan anjlok ke posisi terendah di dunia. (Pixabay)

SINAR HARAPAN - NEGARA Korea Selatan telah mencatat tingkat kesuburan terendah di dunia.

Jumlah rata-rata bayi yang diharapkan seorang wanita Korea Selatan selama masa reproduksi turun menjadi 0,78 pada tahun 2022.

Angka ini sudah turun dari 0,81 tahun sebelumnya. Hal ini menurut data yang diterbitkan oleh Statistics Korea pada hari Rabu.

Baca Juga: Cari Promo Wisata Murah di Jepang, Korea Selatan, hingga Thailand? Jangan Ketinggalan 'Rediscover Asia'

Jumlah bayi baru lahir menurun tahun lalu menjadi 249.000 dari 260.600 tahun sebelumnya yang kurang dari lima persen populasi.

Ini adalah yang terendah di antara lebih dari 260 negara yang dilacak oleh Bank Dunia.

Negara membutuhkan tingkat kesuburan 2,1 untuk mempertahankan populasi yang stabil.

Baca Juga: Sempat Berhenti Sebulan, Imigrasi China Akan Kembali Keluarkan Visa untuk Warga Korea Selatan

Sementara tingkat kelahiran di negara itu telah turun sejak 2015, negara itu mencatat lebih banyak kematian daripada kelahiran untuk pertama kalinya sejak 2020.

Negara ini juga memiliki populasi dengan penyusutan tercepat di dunia di antara ekonomi dengan produk domestik bruto per kapita setidaknya USD30.000.

Data ini disampaikan proyeksi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan data Bank Dunia.

Baca Juga: Libur Imlek, Korea Selatan Catatkan Kenaikan 12.262 Kasus Harian Covid 19

Meskipun negara menghabiskan miliaran dolar setiap tahun untuk subsidi pengasuhan anak, pemerintah gagal membalikkan penurunan angka kelahiran.

Pemerintah telah menghabiskan 280 triliun won atau sekitar Rp3.279 triliun selama 16 tahun terakhir untuk membalikkan penurunan angka kelahiran tetapi gagal mencapai hasil yang diharapkan.

Tingkat kelahiran yang anjlok kini memicu kekhawatiran bahwa populasi yang menurun dapat sangat merusak ekonomi Korea Selatan, karena kekurangan tenaga kerja.***

Halaman:

Editor: Rosi Maria

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X