Baca Juga: PBNU: Kasus Pulau Rempang Sejatinya Bisa Diselesaikan Melalui Muasyawarah Mufakat
Meskipun rencana kompensasi ini diumumkan, komunikasi yang kurang efektif dengan masyarakat setempat telah memperkeruh situasi.
Kekerasan ini telah menarik perhatian media internasional, berbagai laporan yang mengamati perkembangan terbaru di Pulau Rempang terus diberitakan.
Perhatian internasional tertuju pada tindakan polisi dalam menghadapi para demonstran.
Baca Juga: Muhammadiyah Minta Presiden Cabut Proyek Rempang Eco-City dari PSN Karena Terlalu Banyak Masalah
Beberapa laporan yang menyebutkan penggunaan kekuatan berlebihan oleh aparat keamanan.
Polisi yang mengerahkan meriam air dan gas air mata, dituduh menggunakan kekuatan berlebihan dan puluhan orang telah ditangkap.
Hal ini dikutip dari Al Jazeera dari berita berjudul 'Protes di Indonesia saat ribuan orang menghadapi penggusuran demi ‘Eco-City’ Rempang' yang dipublikasikan 15 September 2023.
Baca Juga: Muhammadiyah Minta Presiden Cabut Proyek Rempang Eco-City dari PSN Karena Terlalu Banyak Masalah
Warga setempat ikuti dimintai keterangan untuk menggambarkan situasi di lokasi.
“Pihak berwenang tidak mengatakan apa pun untuk memperingatkan kami. Mereka hanya berkata, 'Satu, dua, tiga, tembak,'” katanya kepada Al Jazeera.
“Saya langsung teringat cucu saya di sekolah di ujung jalan, dan saya berlari ke sana untuk memastikan dia aman,” tulis Al Jazeera lagi.
Baca Juga: Menteri ATR/BPN tegaskan lahan tinggal di Pulau Rempang tak miliki HGU
Al Jazeera menyoroti bahwa Menteri Investasi Indonesia Bahlil Lahadalia telah memperjuangkan proyek ini.
Proyek ini akan menciptakan sekitar 35.000 lapangan kerja dan menarik investasi sebesar USD26,6 miliar pada tahun 2080.