Lab45 Sarankan RI Tidak Beli Minyak Murah Rusia, Kenapa?

- Minggu, 5 Februari 2023 | 09:27 WIB
Lab45 sarankan RI tidak beli minyak murah Rusia, kenapa?
Lab45 sarankan RI tidak beli minyak murah Rusia, kenapa?

SINAR HARAPAN - Laboratorium Indonesia 2045 (Lab45) merekomendasikan Pemerintah Indonesia untuk bersikap netral dengan tidak membeli minyak murah Rusia, berkaitan dengan aspek politik internasional yang telah dianut, namun tidak pula mengikuti aliansi pendukung pembatasan harga.

Sebagaimana diketahui, kebijakan intervensi terhadap harga beli minyak mentah Rusia masih berlanjut, bahkan mengalami penambahan terhadap minyak petroleum pada awal Februari 2023.

“Kemarin ada wacana dari Pemerintah dan Pertamina untuk membeli minyak dari Rusia, tapi rasanya dari sisi politik internasional harus dikaji lebih jauh, karena kita sudah di G20 sudah berdiri sebagai Gerakan Non-Blok,” kata Tim Peneliti Cakrawala Strategis Lab45, Irsyan Maududy, dalam keterangan resmi yang dikutip Minggu 5 Februari 2023.

Baca Juga: Ekspor Hasil Tambang Meningkat, Neraca Ekspor Impor Kaltara Surplus

Irsyan menerangkan kajian Lab45 menetapkan bahwa posisi internasional dan Indonesia terhadap kebijakan pembatasan harga cenderung berdampak negatif terhadap geopolitik dan ekonomi internasional.

Dari sisi geopolitik, pembatasan harga menambah ketegangan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Sementara dari sisi ekonomi, kebijakan pembatasan harga akan dirasakan dampak positifnya ketika kebijakan ini terealisasi secara efektif.

“Kebijakan ini sebenarnya bisa efektif kalau Rusia tidak melakukan counter policy, namun kelihatannya Rusia akan melakukan counter policy dan bisa menjadi senjata makan tuan untuk negara-negara aliansi karena mereka juga sedang mengalami inflasi yang tinggi,” katanya lagi.

Baca Juga: Kondisi Ekonomi Mulai Stabil, Harga Saham BBTN Kembali Menguat di Akhir Pekan

Menanggapi persoalan tersebut, Vice President Pertamina Energi Institute PT Pertamina (Persero), Hery Haerudin, mengatakan pembatasan harga minyak Rusia akan mempercepat decoupling global.

“Price cap ini ibarat mendorong balon, tekan di sini, membelendung sebelah sana. Karena akhirnya minyak-minyak Rusia mengalir ke India dan Tiongkok. India dan Tiongkok mendapatkan harga yang kompetitif,” ujar Hery.

Ia menjelaskan Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia setelah AS dan Arab Saudi, dengan produksi mencapai 10,78 juta barel per hari atau mencakup 11 persen produksi minyak dunia.

Baca Juga: Solusi Bangun Indonesia (SMCB) Raih Juara Pertama PMDN di Investment Award 2023

Adanya gangguan terhadap penjualan akan berdampak serius terhadap pasokan energi global. Turunnya pasokan minyak global akan mendorong harga energi lebih tinggi dan memicu inflasi.

Suku bunga yang tinggi juga meningkatkan biaya pembiayaan untuk teknologi baru yang mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Halaman:

Editor: Yuanita SH

Sumber: ANTARA, Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Suku Bunga The Fed Naik, Suku Bunga BI Apa Kabar?

Sabtu, 25 Maret 2023 | 08:27 WIB
X