SINAR HARAPAN - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE segera melaksanakan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) dengan harga penawaran awal pada kisaran Rp820 hingga Rp945.
“PGE adalah salah satu perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan global yang diukur dengan kapasitas terpasang, serta didukung oleh basis cadangan dan sumber daya yang besar,” kata Direktur Utama PGE, Ahmad Yuniarto, dalam Public Expose, di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, pada Rabu 1 Februari.
Tidak hanya itu, dalam kesempatan yang sama Direktur Keuangan PGE Nelwin Aldriansyah mengatakan PGE akan membagikan dividen kepada investor publik sebanyak-banyaknya dengan ratio 50 persen dari laba bersih tahun buku 2023, yang akan dibagikan pada tahun 2024 nanti.
Baca Juga: Diberlakukan Mulai 1 Januari 2024, DJP Terus Padankan NIK Dengan NPWP
“Investor publik yang masuk IPO (Initial Public Offering) ini akan mendapatkan dividen tahun 2023 yang akan dibagikan di tahun 2024, sebanyak-banyaknya 50 persen dari laba bersih kita,” ujarnya
PGE akan melepas sebanyak-banyaknya 10,35 miliar saham atau 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, dan melaksanakan masa penawaran awal pada 1 Februari hingga 9 Februari 2023.
Melalui IPO tersebut, PGE menargetkan memperoleh dana sebanyak-banyaknya Rp9,78 triliun, yang akan digunakan untuk kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) dan pembayaran sebagian fasilitas pinjaman.
Baca Juga: Miliki Saham Mayoritas di Smelter PT COR, Harga Saham DKFT menguat 31,07 Persen (YTD)
Selain itu, perseroan akan mengalokasikan sebanyak-banyaknya 1,50 persen atau 630,3 ribu saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum untuk Program Opsi Pembelian Saham kepada Manajemen dan Karyawan (MESOP).
PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang tersebar di enam area dengan kapasitas terpasang 672 megawatt (MW) yang dioperasikan sendiri, serta sebanyak 1.205 MW dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama atau Joint Operation Contract (JOC).
Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar sekitar 82 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi emission avoidance karbondioksida (CO2) sekitar 9,7 juta ton per tahun.
Baca Juga: Akuisisi Supertone, Harga Saham HYBE Corporation Perpanjang Tren Bullish
Selain itu, pemanfaatan yang dilakukan oleh PGE dari energi geothermal telah berhasil membuat 2,08 juta rumah di Indonesia teraliri listrik.
Ahmad Yuniarto menyatakan, perseroan berambisi meningkatkan basis kapasitas terpasangnya dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada tahun 2027, yang sejalan dengan misi menjadi perusahaan energi ramah lingkungan terkemuka.
Artikel Terkait
Genjot Ekspor Pupuk Hingga Nikel, Indonesia-Jepang Bangun Proyek Rintisan
Berhenti Produksi, Boeing Kirim Pesawat 747 Terakhir ke Atlas Air
Akuisisi Supertone, Harga Saham HYBE Corporation Perpanjang Tren Bullish
Jelang Rapat The Fed, Lelang SUN RI Diserbu Investor
Miliki Saham Mayoritas di Smelter PT COR, Harga Saham DKFT menguat 31,07 Persen (YTD)
Kinerja Solid, Laba Bersih BRIS Melesat 40,68 Persen
Indonesia Jadi Emerging Market Dengan Capital Inflow Terbesar di 2023
Penerimaan Cukai Rokok Kudus Lampaui Target
Dana Abadi Untuk Pendidikan Capai Rp129 Triliun
Diberlakukan Mulai 1 Januari 2024, DJP Terus Padankan NIK Dengan NPWP