Realisasi Investasi Meningkat, Rasio Penyerapan tenaga Kerja Terus Menurun

- Rabu, 25 Januari 2023 | 06:00 WIB

Ilustrasi angkatan kerja (dok/Ist)

SINAR HARAPAN--Data realisasi investasi tahun 2022 yang disampaikan pemerintah cukup membanggakan, setidaknya dari sisi jumlahnya. Setelah pandemi Covid-19 mereda, terlihat realisasi investasi domestik dan asing meningkat.

Dalam data yang disajikan oleh Kementrian Investasi/ Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) pekan ini, angkanya bahkan melampaui target. Baik investasi asing maupun domestik, realisasinya meningkat.

Wajar bila Menteri Investasi/ Kepala BKPM Bahlil Lahadalia berbangga dengan capaian tersebut. Menurut catatannya, realisasi investasi sepanjang 2022 mencapai Rp1.207,2 triliun, melewati target Rp1.200 triliun yang ditetapkan Presiden Jokowi. Jumlah tenaga kerja yang terserap dari realisasi investasi tersebut tercatat sebanyak 1.305.001 juta orang.

Jadi, capaian realisasi investasi sepanjang Januari-Desember 2022 mencapai 100,6 persen dari target, serta tumbuh 34 persen dibandingkan capaian tahun 2021 sebesar Rp901,02 triliun. Menurut Bahlil, ini kenaikan tertinggi sepanjang sejarah.

Perinciannya, realisasi investasi PMA sebesar Rp654,4 triliun atau setara 54,2 persen dari keseluruhan. Sisanya merupakan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp552,8 triliun atau sebesar 45,8 persen. Ada pun secara tahunan (yoy), PMA tercatat tumbuh 44,2 persen sementara PMDN tumbuh 23,6 persen.

Capaian tersebut tentu patut disyukuri. Capaian pertumbuhan PMDN yang biasanya maksimal hanya 15 persen pun dinilai Bahlil merupakan bukti bahwa kepercayaan investor domestik juga sama tingginya. 

realisasi investasi sepanjang tahun 2022 tersebar di lima sektor utama, yaitu industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya, kemudian sector pertambangan, sector transportasi, gudang dan telekomunikasi, sector perumahan, kawasan industri dan perkantoran, serta sector industri kimia dan farmasi.

Investasi sepanjang 2022 juga tersebar di Jawa Barat, DKI Jakarta, Sulawesi Tengah, Jawa Timur dan Riau. Sementara lima besar negara yang paling banyak berinvestasi di Indonesia adalah Singapura, Tiongkok, Hong Kong, Jepang dan Malaysia.

Namun demikian beberapa hal perlu menjadi catatan. Yang paling utama adalah mengenai rendahnya penyerapan tenaga kerja. Setidaknya, rasio penyerapan tenaga kerja dari tahun ke tahun semakin rendah.

Menurut catatan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), pada tahun 2010 realisasi investasi sebanyak Rp 206 triliun dengan penyerapan tenaga kerja rata-rata 5.014 orang per Rp 1 triliun. Pada tahun 2019 realisasi investasi sebanyak Rp 809,6 triliun dengan penyerapan tenaga kerja rata-rata 1.600 orang per Rp 1 triliun.

Tahun lalu, sesuai data BKPM tadi, realisasi investasi mencapai Rp 1.207,2 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1.305.001 orang. Artinya, setiap Rp 1 triliun investasi menyerap 1.081 orang. Artinya makin sedikit tenaga kerja yang bisa diserap dalam investasi PMA maupun PMDN di Indonesia.

Penyebabnya bisa bermacam-macam. Penggunaan teknologi tinggi bisa memperkecil penyerapan tenaga kerja, sebagaimana umumnya investasi padat modal. Bisa juga, khususnya PMA, mereka juga mempekerjakan cukup banyak tenaga kerja asing (TKA) sebagaimana terlihat di sejumlah proyek pertambangan dan berbagai proyek lainnya.

Pemerintah perlu mendalami masalah ini. Kebanggaan atas tingginya realisasi investasi yang tidak berkorelasi terhadap penyerapan tenaga kerja bukan merupakan prestasi yang harus dibanggakan. Sebab, jumlah angkatan kerja terus meningkat dari tahun ke tahun namun perekonomian tak mampu menyerap mereka.

Halaman:

Editor: Banjar Chaeruddin

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kurs Rupiah Menguat Seiring Penurunan PDB AS

Jumat, 31 Maret 2023 | 11:12 WIB
X