SINAR HARAPAN - Pada tahun 2022 menjadi tahun yang kurang bersahabat bagi investor kripto. Banyak sekali guncangan yang terjadi dan menyebabkan harga aset kripto menurun hingga lebih dari 70 persen.
Bukan tanpa alasan, menurunnya harga aset kripto, seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), kasus Terra Luna, Three Arrows Capital (3AC), hingga bangkrutnya bursa kripto FTX, membuat investor aset kripto berhamburan keluar pasar dan melindungi uang mereka dengan berinvestasi pada aset lain yang lebih stabil.
Meskipun begitu, Chief Marketing Officer PINTU, Timothius Martin, berpandangan bahwa adopsi kripto di Indonesia akan terus tumbuh pesat di tahun 2023, Menurutnya, sektor industri kripto terus tumbuh dan matang, regulasi juga membantu membangun kepercayaan dan akan mendorong adopsi lebih besar lagi.
Baca Juga: Sebanyak 500.000 Ton Beras Impor Akan Masuk Indonesia Bertahap Hingga Februari
"Di Indonesia sendiri kami sangat mengapresiasi pemerintah Indonesia melalui Bappebti, yang kemudian akan dilanjutkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang telah mendukung berkembangnya industri ini. Kami menyambut hal tersebut dengan baik untuk memastikan kemajuan industri kripto di Indonesia," kata pria yang akrab disapa Timo itu dalam keterangannya yang dikutip Sabtu 14 Januari 2023.
Timo menambahkan bahwa kemajuan industri kripto di Indonesia juga ditandai oleh adopsi teknologi blockchain pada berbagai institusi besar yang tertarik dan sudah mulai berinvestasi ke aset kripto dan memanfaatkan teknologi blockchain seperti misalnya perusahaan fintech PayPal dan Square, kemudian Tesla hingga Bank Indonesia yang beberapa waktu lalu meluncurkan whitepaper Central Bank Digital Currency (CBDC), yaitu Proyek Garuda.
"Arus perhatian yang sangat besar dari berbagai institusi ternama tentunya akan menarik banyak pihak dan semakin mendorong positif pertumbuhan industri kripto dari waktu ke waktu."
Baca Juga: Mendag Tertibkan 2.300 Ton Baja Tak Penuhi SNI
Di balik signifikannya jumlah investor aset kripto di seluruh dunia, Timo mengingatkan tahun 2023 pasti penuh dengan tantangan mulai dari kenaikan suku bunga, inflasi, isu resesi, hingga kondisi geopolitik yang masih belum stabil tentu perlu menjadi perhatian khusus bagi investor.
"Namun aset kripto dan teknologi blockchain terus membentuk ekosistem yang matang meski secara usia masih terbilang baru akan tetapi ribuan inovasi telah lahir dengan use-case yang mampu mendisrupsi berbagai industri seperti non-fungible tokens (NFT), Decentralized Finance (DeFi), hingga Web 3.0 dan memberikan dampak yang positif bagi penggunanya," kata Timo.
“Melihat kejadian di tahun kemarin, ketertarikan investor saat ini akan lebih tertuju pada aset kripto yang dinilai lebih berkualitas tinggi seperti Bitcoin dan Ether dan lebih memperhatikan faktor-faktor fundamental seperti tokenomik, kematangan ekosistem masing-masing project, dan likuiditas pasar,” ujar Timo.
Melihat di sisi lain, meskipun harga aset kripto mengalami penurunan, nyatanya adopsi terhadap aset kripto justru terus tumbuh dan semakin banyak negara-negara di dunia yang meregulasi aset kripto.
“Regulasi kripto merupakan hal yang baik untuk investor dan industri. Hal ini dapat memberikan potensi yang baik untuk melindungi investor jangka panjang, mencegah aktivitas penipuan dalam ekosistem kripto, dan memberikan panduan yang jelas untuk memungkinkan perusahaan berinovasi. Selain itu, kejelasan regulasi dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat luas pada kripto,” papar Timo.
Artikel Terkait
Inilah Daftar 10 Orang Terkaya di Indonesia Tahun Ini, Nomor 2 Naik Peringkat Orang Terkaya Dunia Loh!
Harga Emas Dunia Terkerek ke Level Tertinggi, Harga Emas Antam Masih Stagnan
Pertahankan Tren Bullish, Harga Saham PGUN Lanjutkan Penguatan
Harga Emas Naik, Begini Nasib Saham ANTM, MDKA dan PSAB
Diumumkan Hari Ini, Cek Cara Lihat Pengumuman Hasil Seleksi PPPK Tenaga Teknis 2022!
Mendag Tertibkan 2.300 Ton Baja Tak Penuhi SNI
Harga Emas Melonjak Setelah Pertumbuhan Inflasi AS Melambat
Kurs Rupiah dan IHSG Kompak Menguat Pada Pembukaan Perdagangan Jumat Pagi
Harga Saham MIDI Balik Arah, Masih Aman Dipegang?
Sebanyak 500.000 Ton Beras Impor Akan Masuk Indonesia Bertahap Hingga Februari