SINAR HARAPAN - Harga minyak di sepanjang tahun 2022 memang sangat berfluktuasi. Pengaruh berbagai sentimen geopolitik membuat harga minyak bergejolak dan mendingin secara tiba-tiba.
Namun, setidaknya dari beberapa sentimen penggerak harga pekan depan, terdapat dua sentimen utama yang harus dicermati pada pekan yang akan datang, yakni pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) pada Minggu 4 Desember besok dan larangan Uni Eropa (UE) pada minyak mentah Rusia yang akan berlaku pada Senin 5 Desember mendatang.
OPEC+ secara luas diperkirakan akan tetap pada target terbarunya untuk mengurangi produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari (bph) ketika bertemu pada pertemuannya besok, dan tentu saja pemotongan produksi minyak tersebut akan membuat berkurangnya persediaan ditengah tingginya permintaan yang akan membawa harga minyak jauh lebih tinggi.
Baca Juga: Bank BNI (BBNI )Ikut Kembangkan Bakauheni Harbour City
Namun jangan senang dulu, isu yg merebak pada perdagangan tadi malam membuat pertemuan OPEC+ tersebut justru menjadi sentimen negatif yang akan menyeret jatuh harga minyak.
Pasalnya, OPEC+ diisukan tidak akan melakukan pemotongan produksi lebih lanjut, isu tersebut juga berhasil menyulut aksi jual dan menjatuhkan harga minyak pagi ini.
Minyak mentah berjangka Brent terpantau merosot US$1,31 atau 1,5 persen dan ditutup pada harga US$85,57 per barel. Senada dengan Brent, harga minyak mentah WTI terpangkas US$1,24 atau 1,5 persen dan di tutup pada US$79,98 per barel.
Baca Juga: Anjloknya Harga Saham GOTO Berdampak Pada IHSG, Benarkah?
Isu tersebut semakin mencuat setelah analis Grup Price Futures, Phil Flynn, mengatakan bahwa pedagang dan investor akan menjual pada akhir pekan jika ada gemuruh yang berkembang bahwa OPEC+ mungkin mencoba untuk mengejutkan pasar pada pertemuan mereka pada 4 Desember 2022.
Selain sentimen dari OPEC+, larangan Uni Eropa atas impor minyak Rusia melalui laut yang akan berlaku mulai Senin 5 Desember mendatang berpotensi menurunkan produksi minyak Rusia menjadi 1 juta barel per hari pada awal 2023.
Duta Besar Polandia untuk Uni Eropa, Andrzej Sados, mengatakan bahwa Polandia menyetujui kesepakatan Uni Eropa untuk batas harga US$60 per barel pada minyak lintas laut Rusia.
Baca Juga: BI: Arus Modal Asing Masuk Rp9,64 triliun Dalam Sepekan
Lalu, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan batas harga minyak Rusia akan disesuaikan dari waktu ke waktu sehingga Uni Eropa dapat bereaksi terhadap perkembangan pasar.
Bukan gertak sambal, minyak mentah Ural Rusia diperdagangkan pada area US$70 per barel pada Kamis 1 Desember waktu setempat. Batasan itu dirancang untuk membatasi pendapatan ke Rusia.
Artikel Terkait
Harga Saham MEDC Menguat Tiga Hari Berturut-turut, Dua Sentimen Ini Penyebabnya
Saham ADIDAS (ADS) Masuki Tren Bearish, Kasus Roland Auschel Kembali Mencuat
Sri Mulyani Ingatkan Indonesia Harus Waspadai Krisis Pangan, Energi, dan Keuangan pada 2023
Jangan Sampai Terlewat! Perdaftaran Rekrutmen Bersama BUMN Batch 2 Resmi Dibuka Hari Ini
Saham GOTO Anjlok Ke Harga Terendah, Saham TLKM Ikut Terseret
Erick Thohir Minta Generasi Muda Manfaatkan Potensi Ekonomi Digital Indonesia
Bank Mandiri (BMRI) Raih Penghargaan Performa QRIS Terbaik dari BI
Anjloknya Harga Saham GOTO Berdampak Pada IHSG, Benarkah?
Bank BNI (BBNI )Ikut Kembangkan Bakauheni Harbour City
BI: Arus Modal Asing Masuk Rp9,64 triliun Dalam Sepekan