SINAR HARAPAN - Industri manufaktur Indonesia masih akan bergeliat di tengah ancaman resesi dan ketidakpastian global pada tahun 2023. Namun, setidaknya industri semikonduktor memiliki potensi cemerlang ke depan.
Industri semikonduktor dinilai krusial karena jadi komponen di hampir semua barang mulai dari telepon genggam, laptop, perabotan rumah tangga, hingga mobil.
Negara produsen chip (semikonduktor) juga masih terbatas. Hingga saat ini Taiwan masih menjadi raksasa industri semikonduktor terbesar, meskipun China juga memproduksi namun mayoritas chip yang berkualitas tinggi berlisensikan produk asal Taiwan, misalnya Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. yang membuat chip GPU Nvidia namun separuh produksinya masih dilakukan di pabrik China.
Baca Juga: Ladang Minyak Guyana Makin Seksi, BP Plc Siap Pasarkan Minyak Guyana Tahun Depan
Dilanjutkan, Korea dan Jepang yang juga membuat produk semikonduktor, namun terbatas hanya pada barang tertentu atau barang region exclusive (barang yang hanya bisa didapatkan dinegara tersebut), misalnya Jepang yang membuat sendiri prosesor Oberon yang digunakan pada console Sony Playstation 5 yang dijual hanya di wilayahnya.
Dari catatan tersebut, Indonesia bisa meraup potensi tersebut karena punya suplai lokasi yang besar dan kaya akan bahan baku chip tersebut yaitu nikel.
Berdasarkan Road Map Making Indonesia 4.0, terdapat tujuh sektor yang menjadi prioritas pengembangan dalam kesiapan memasuki era industri 4.0 yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, kimia, alat kesehatan, serta farmasi.
Baca Juga: NCSR Gelar ASRRAT 2022, BMRI hingga BBRI Raih Peringkat Platinum
Sektor industri pengolahan nonmigas saat ini menjadi yang paling banyak berkontribusi terhadap perekonomian nasional sebesar 16,10 persen, sementara pertumbuhan sektor itu pada triwulan III-2022 mencapai 4,83 persen secara year-on-year (yoy).
Sayangnya, meski sejumlah sektor industri mencatatkan kinerja pertumbuhan yang gemilang pada triwulan III-2022, beberapa subsektor industri juga terindikasi menurun sejalan dengan melemahnya perekonomian global.
Sejumlah sektor industri yang tumbuh positif antara lain industri logam dasar; industri mesin dan perlengkapan; industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik hingga industri alat angkutan.
Baca Juga: Penggunaan Biodiesel Tidak Mengganggu Pasokan Minyak Sawit Untuk Kebutuhan Pangan
Sedangkan sejumlah subsektor industri yang terindikasi terdampak melemahnya perekonomian global yaitu industri makanan dan minuman, industri kimia, farmasi dan obat tradisional, industri barang galian bukan logam, serta industri furnitur.***
Artikel Terkait
Belum Bisa Penuhi Kriteria Hotel, Walikota Surabaya Evaluasi Kerja Sama UMKM dan Hotel
Saham Manchester United (MANU) Melesat 3 Hari Berturut-Turut Gegara Zara dan Apple? Cek Faktanya!
ASDP Indonesia Ferry Tambah Metode Pembayaran Cashless di Empat Pelabuhan
Finlandia dan Spanyol Minat Garap Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN)
Penggunaan Biodiesel Tidak Mengganggu Pasokan Minyak Sawit Untuk Kebutuhan Pangan
NCSR Gelar ASRRAT 2022, BMRI hingga BBRI Raih Peringkat Platinum
Nasi Kapau Agam Jadi Juara Dua di Anugerah Pesona Indonesia (API) 2022
Dubes Belanda Kolaborasi Dengan Pemkot Depok Gali Potensi Wisata Sejarah di Depok Lama
Demi 5 Persen Kontrak Bagi Hasil Ladang Minyak Buzios, Raksasa Migas China CNOOC Gelontorkan US$1,9 Miliar
Ladang Minyak Guyana Makin Seksi, BP Plc Siap Pasarkan Minyak Guyana Tahun Depan