SINAR HARAPAN - Harga minyak menguat pada akhir perdagangan pagi hari ini Kamis 3 November, didukung oleh penurunan persediaan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan. Kenaikan harga minyak juga masih dihantui sikap hawkish Federal Reserved (The Fed) yang menaikan suku bunga keempat tahun ini.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) terangkat US$1,63 atau 1,8 persen dan ditutup pada US$90 per barel. Harga tersebut hanya selisih US$3,65 dari level resistance yang berada pada US$93,65.
Lalu minyak mentah berjangka jenis Brent turut naik US$1,51 atau 1,6 persen dan ditutup pada US$96,16 per barel. Harga tersebut hanya selisih US$1,76 untuk menyentuh area resistance US$97,92.
Baca Juga: Menperin Targetkan Produksi Kendaraan Listrik 2 Juta Unit Pada 2024
Kenaikan harga minyak hari ini dipengaruh oleh laporan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari kemarin yang menunjukan persediaan minyak mentah komersial AS turun 3,1 juta barel selama pekan yang berakhir 28 Oktober. Analis yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan pasokan minyak mentah AS akan menunjukkan penurunan 1,6 juta barel.
Menurut EIA, total stok bensin motor turun 1,3 juta barel pekan lalu, sementara persediaan bahan bakar sulingan naik 0,4 juta barel.
Sikap hawkish yang diambil oleh Federal Reserve (The Fed) dengan menaikkan suku bunga 75 basis poin pada Rabu kemarin masih menjadi pengganjal bagi kenaikan lanjutan pada harga minyak.
Baca Juga: PTBA dan CHD Jajaki Pengembangan PLTB 1.300 MW di China Selatan
Seperti diketahui The Fed menaikan suku bunga pada hari kemarin guna menurunkan inflasi konsumen yang telah mencapai level tertinggi dalam empat dekade, meskipun bank sentral mengisyaratkan kenaikan di waktu mendatang mungkin akan lebih kecil.
Pasar masih menganggap Embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia yang akan dimulai pada 5 Desember akan dapat mengerek harga minyak lebih tinggi meskipun kebijakan The Fed masih akan tetap hawkish.
Larangan tersebut akan diikuti dengan penghentian impor produk minyak pada Februari. Hal ini diperkirakan akan membatasi kemampuan Rusia untuk mengirimkan minyak mentah dan produk ke seluruh dunia dan dapat memperketat pasar.
Baca Juga: Bank Mandiri (BMRI) Akan Terbitkan Obligasi Hijau Pada 2023
Produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) turun pada Oktober untuk pertama kalinya sejak Juni, memompa 1,36 juta barel per hari di bawah targetnya.***
Artikel Terkait
Sebanyak 20,5 Juta UMKM Sudah Masuk Ekosistem Digital
PTPP Peroleh Nilai Kontrak Terbanyak di IKN
Kedua Acuan Harga Minyak Masuki Tren Bullish, Simak Sentimen Pendorongnya
Lelang 6 SBSN, Pemerintah Serap Dana Rp1,37 Triliun
Sempat Sentuh Rp416 Awal Listing, Harga Saham GOTO Hari Ini Tidak Sampai Separuhnya
UMKM Academy 3.0 Kimia Farma (KAEF) Berhasil Bawa 16 UMKM Naik Kelas
Siap-Siap Beli, Harga IPO Blibli Rp450 Per Saham
Bank Mandiri (BMRI) Akan Terbitkan Obligasi Hijau Pada 2023
PTBA dan CHD Jajaki Pengembangan PLTB 1.300 MW di China Selatan
Menperin Targetkan Produksi Kendaraan Listrik 2 Juta Unit Pada 2024