SINAR HARAPAN - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) berharap iklim investasi tetap stabil dari pada 2023 yang merupakan musim politik hingga jelang pemilu 2024.
“Menuju pemilu nasional secara serentak tahun 2024 yang terpenting untuk pengusaha keberlanjutan investasi khususnya di sektor minerba tetap stabil, tidak terganggu, dan program hilirisasi SDA tidak terkoreksi," kata Wakil Bendahara Umum ICMI Pusat, Muhammad Fajar Hasan, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta pada Jumat kemarin.
Sehubungan hal tersebut, pemerintah telah merencanakan untuk menyetop ekspor bauksit pada Juni 2023. Aturan ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba). Hal tersebut disambut baik oleh para pelaku usaha.
Baca Juga: Pemerintah Kantongi Rp159,12 Miliar dari Aset Kripto, Aspakrindo Turut Genjot Penerimaan Pajak
Pengusaha asal Sulawesi Tenggara itu menuturkan bahwa menjelang pemilu 2024, energi bangsa akan terkonsentrasi pada tahapan pemilu, baik sebagai partisipan pasif maupun sebagai kontestan masuk arena kompetisi sirkulasi kepemimpinan dan kekuasaan.
Oleh karena itu, para pengusaha di Indonesia berharap konstelasi politik kekuasaan pada 2024 tidak mengoreksi iklim investasi di dalam negeri yang saat ini sudah berlangsung baik. Namun, justru dapat memberikan stimulus akan pergerakan atau percepatan investasi karena adanya jaminan stabilitas politik dalam negeri.
“Portofolio investasi dalam negeri trennya terus naik, pertanda pemodal dan pebisnis percaya dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia makin cerah dan menjanjikan," ungkapnya.
Baca Juga: Modal Asing Masuk Rp3,2 Triliun Dalam Sepekan
Fajar mengingatkan bahwa pengusaha juga harus bersiap menghadapi gelombang resesi global sebagai akibat dari ketidakpastian geopolitik global yang dipicu oleh perang Russia-Ukraina yang belum berkesudahan.
Kendati ia yakin dampak resesi tidak akan terasa di Indonesia khususnya pada sektor bisnis komoditas minerba karena perdagangan komoditas minerba khususnya nikel dan batu bara tidak terkoneksi dengan epicentrum resesi yaitu Eropa dan Amerika, ia mengingatkan kalangan pengusaha untuk tetap mengantisipasi dampak resesi global.
Menurutnya, dunia usaha harus tetap fokus pada core business masing-masing dan agak hati-hati serta kalkulatif ketika melakukan ekspansi bisnis. Selain juga perlu menghindari proyeksi bisnis spekulatif dan high risk karena jika pertumbuhan ekonomi masing-masing negara di dunia terkoreksi, secara otomatis akan mempengaruhi proyeksi investasi di negara mitra.
Baca Juga: Saham META Terjun Bebas
“Tetapi kita tidak perlu khawatir secara berlebihan karena fundamental ekonomi dalam negeri cukup kuat dan kinerja pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi makro dan mikro menggembirakan," ucap dia.
Artikel Terkait
Air Asia Ride Mulai Buka di Bali Dengan Skema Gaji Tetap Untuk Pengemudi Taksi Online
Ekonom BEI Ungkap Alasan Indonesia Tidak Akan Masuk Jurang Resesi 2023
Dihajar Habis-Habisan Oleh Rusia, Proyeksi Ekonomi Ukraina Menyusut 32 Persen
Saham META Terjun Bebas
BPOM: Produk Unilever Yang Ditarik Dari Pasar di AS Tidak Diimpor Masuk Indonesia
Menkeu: Masih Ada Dana APBN Rp 1.200 Triliun Untuk Dibelanjakan Tahun Ini
Menkeu: Ekonomi Tumbuh 5.4% pada Kuartal III Tahun Ini
Erick Thohir: Setelah Sehat, Garuda Gabung ke InJourney
Modal Asing Masuk Rp3,2 Triliun Dalam Sepekan
Pemerintah Kantongi Rp159,12 Miliar dari Aset Kripto, Aspakrindo Turut Genjot Penerimaan Pajak