SINAR HARAPAN - Saham Meta (META) anjlok lebih dari 24,5% pada Kamis waktu setempat setelah induk Facebook ini melaporkan pada hari sebelumnya bahwa pendapatannya menurun pada kuartal terakhir dan meleset dari ekspektasi analis.
Saham ditutup pada $97,94, harga terendah sejak 2016. Selain itu, pendapatan kuartalan sebesar $27,7 miliar pada hari Rabu, turun lebih dari 4% dari tahun ke tahun dan penurunan kuartalan kedua berturut-turut. Labanya anjlok 52% menjadi $4,4 miliar.
Berita buruk datang ketika raksasa media sosial tersebut semakin serius memasuki metaverse, dunia virtual 3-D yang menginspirasi kepemimpinan perusahaan untuk mengubah namanya. Tidak semua orang setuju dengan perubahan itu dan angka-angka yang keluar dari Meta dan lingkungan makroekonomi yang lebih luas tentu saja tidak membantu.
Baca Juga: Dihajar Habis-Habisan Oleh Rusia, Proyeksi Ekonomi Ukraina Menyusut 32 Persen
Laporan pendapatan Meta dan penurunan saham menandai berita buruk terbaru untuk Big Tech. Bahkan, nama-nama terbesar di sektor ini, termasuk Alphabet (GOOG, GOOGL) dan Microsoft (MSFT), telah diguncang oleh Fed yang hawkish, tekanan inflasi yang mencapai konsumen, dan hambatan valas.
Namun, Meta masih berdiri terpisah. Perusahaan yang mengubah namanya setahun yang lalu itu menandakan porosnya menuju metaverse dan menjauh dari bisnis media sosial yang membangunnya.
Divisi yang mengawasi upaya metaverse perusahaan, Reality Labs, juga merugi, dengan laporan hari Rabu mengungkapkan kerugian sebesar $3,7 miliar pada kuartal terakhir dibandingkan dengan $2,6 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Ekonom BEI Ungkap Alasan Indonesia Tidak Akan Masuk Jurang Resesi 2023
Dikutip dari YahooFinance, VP dan Direktur Riset Forrester, Mike Proulx, mengatakan bahwa berkenaan dengan metaverse, Zuckerberg telah menjelaskan bahwa ini adalah permainan jangka panjang, tetapi Horizon Worlds saat ini adalah kota hantu virtual, terutama dibandingkan dengan platform imersif 3D lainnya, seperti Roblox.
Pada akhirnya, ada perasaan yang mengganggu di antara pengamat perusahaan bahwa Meta kehilangan sesuatu saat ini, pada waktu yang penting untuknya dan untuk Big Tech secara keseluruhan. Perusahaan ini telah menjauh dari "bisnis inti", mungkin karena kekhawatiran tentang meningkatnya persaingan di ruang media sosial.***
Artikel Terkait
Harga Minyak Naik Hampir 3 Persen, Cek Sentimen Penggeraknya
PGAS Raih Penghargaan Rating Commitment CCC
Harga Emas Dunia dan Emas Antam Kompak Naik, Yield Obligasi AS Turun
Terjerat Kasus Pinjaman Online (Pinjol)? Simak Langkah Berikut Ini Untuk Mengatasinya
Perkuat Pengembangan EBT, Erick Thohir Rencanakan Konsolidasi BUMN Bidang Geothermal
Media Massa dan Pers Berperan Penting Dalam Pemulihan dan Kebangkitan Ekonomi Indonesia
PTBA Cetak Laba Bersih Rp10 Triliun, Target Ekspor Batu Bara Dikerek 40 Persen Hingga Akhir Tahun
Air Asia Ride Mulai Buka di Bali Dengan Skema Gaji Tetap Untuk Pengemudi Taksi Online
Ekonom BEI Ungkap Alasan Indonesia Tidak Akan Masuk Jurang Resesi 2023
Dihajar Habis-Habisan Oleh Rusia, Proyeksi Ekonomi Ukraina Menyusut 32 Persen