Krisis Energi Uni Eropa Makin Parah, Perdebatan Antar Negara Semakin Panas

- Jumat, 21 Oktober 2022 | 13:02 WIB
Krisis energi Uni Eropa makin parah, perdebatan antar negara semakin panas. (beritabursa)
Krisis energi Uni Eropa makin parah, perdebatan antar negara semakin panas. (beritabursa)

SINAR HARAPAN - Beberapa negara Uni Eropa menyatakan frustrasi pada Kamis waktu setempat diterpa oleh berbagai masalah yang menimpa benua tersebut. Alih-alih menemukan solusi, perdebatan antar negara Eropa malah semakin panas dan berlarut-larut.

Keadaan Uni Eropa memang cukup parah, saat ini mereka tengah bergulat dengan harga energi yang tinggi sehingga berpotensi mendorong inflasi, kabar mengenai prospek resesi di seluruh benua biru itu pun menjadi makanan sehari-hari bagi rakyatnya.

Seperti diketahui, situasi tersebut diawali oleh pihak Rusia yang memotong aliran gas setelah invasi pada Februari ke Ukraina.

Baca Juga: Suku Bunga BI Naik, DP Kredit Kendaraan dan Properti Masih 0 Persen

Negara-negara di Eropa pun berupaya menyelesaikan masalah tersebut, saat ini 27 negara telah sepakat untuk mengisi penyimpanan gas, lalu pada KTT Brussels, mereka diharapkan mendukung proposal untuk meluncurkan patokan harga alternatif untuk gas alam cair.

Mereka juga akan melakukan pembelian gas bersama secara sukarela, namun untuk mewujudkan hal itu, Uni Eropa masih terkendala undang-undang, untuk itulah selama beberapa minggu mendatang negara-negara tersebut akan disibukan oleh proses negosiasi terkait undang-undang tersebut.

Segala rencana yang disebutkan rupanya tidak semulus yang di perkirakan, kali ini Jerman yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar Uni Eropa, memimpin sebuah kubu kecil dengan tujuan menolak seruan dari 15 negara lainnya untuk membatasi harga gas, hal tersebut meningkatan tensi ke 15 negara tersebut pada kubu kecil yang dibentuk Jerman.

Baca Juga: Dengan Strategi Komunikasi Baru, BPJS Ketenagakerjaan Optimis Capai 70 Juta Peserta Aktif

"Kami diminta untuk menunjukkan solidaritas dalam berbagi energi tetapi tidak ada solidaritas dalam seruan kami untuk menahan harga," kata Perdana Menteri Italia, Mario Draghi.

Perdana Menteri Alexander de Croo dari Belgia, yang mengekspor gas ke negara tetangga Jerman, juga merasa frustrasi.

"Solidaritas seharusnya tidak hanya pada pasokan, namun itu juga harus berlaku pada harga," katanya pada pertemuan itu, menurut pejabat tersebut.

Baca Juga: Saham BBCA Melesat, Mampukah Tembus Resistance?

Namun, ketimbang mengeluh, seperti Italia dan Belgia, Langkah cerdik justru dilakukan Spanyol dan Portugal dengan membatasi harga gas yang digunakan untuk memproduksi listrik di dalam negeri. Prancis pun ingin memperluas skema tersebut ke seluruh Uni Eropa. Secara terpisah pada Kamis waktu setempat, keduanya juga sepakat dengan Prancis untuk membangun pipa berbasis laut antara Barcelona dan Marseille.

Di luar kesepakatan mengenai harga gas, para pemimpin juga berselisih mengenai rencana anggaran negara-negara untuk membantu industri dan rumah tangga mereka guna melewati krisis energi, yang lagi-lagi dikeluhkan tidak adil dan merusak persaingan di pasar tunggal blok itu.

Halaman:

Editor: Yuanita SH

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kurs Rupiah Menguat Seiring Penurunan PDB AS

Jumat, 31 Maret 2023 | 11:12 WIB
X