SINAR HARAPAN - International Monetary Fund atau Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan perlambatan ekonomi global, termasuk Asia terus terjadi hingga 2023 seiring dengan bergejolaknya kondisi geopolitik dan tingginya tekanan inflasi dunia.
Dalam laporan WEO terbaru, IMF memproyeksikan perekonomian global berada pada kisaran 3,2 persen pada 2022 dan melambat hingga 2,7 persen di 2023, atau menurun 0,2 persen dibandingkan outlook pada Juli 2022.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia sebesar 4,4 persen pada 2022 dan 4,9 persen pada 2023. Masing-masing turun 0,2 persen dan 0,1 persen dari proyeksi pada Juli setelah ekspansi 7,2 persen di 2021.
Baca Juga: Pemerintah Raup Dana Rp8,22 Triliun dari Lelang SUN
IMF mengungkapkan pemangkasan mencerminkan penurunan pertumbuhan ekonomi di China menjadi 3,2 persen pada 2022 dari ekspansi 8,1 persen di 2021 akibat lockdown Covid-19 di negara tersebut dan krisis besar properti yang memburuk.
Ekonomi terbesar kedua di dunia itu diperkirakan akan rebound menjadi 4,4 persen pada tahun depan, namun turun 0,2 persen dari perkiraan IMF pada Juli lalu.
Sementara ekonomi di wilayah ASEAN, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand (ASEAN 5), IMF memproyeksi akan tumbuh 5,3 persen tahun ini dari pertumbuhan 3,4 persen di 2021. Namun, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melambat menjadi 4,9 persen pada 2023 karena melemahnya permintaan di mitra dagang utama, seperti China, kawasan Euro, dan AS.
Baca Juga: Sri Mulyani Temui Presiden Grup Bank Dunia, Apa Yang Dibahas?
Pertumbuhan ekonomi ASEAN juga dibebani harga pangan dan energi yang lebih tinggi, pelemahan daya beli rumah tanggam dan pengetatan moneter yang cepat untuk menahan laju inflasi, berdasarkan laporan IMF.
Untuk Jepang, IMF memperkirakan ekonominya bakal bertumbuh 1,7% pada 2022, tidak berubah dari proyeksi di Juli lalu. Dan 1,6% pada 2023 atau turun 0,1%. Penurunan ini karena mencerminkan perkiraan melemahnya konsumsi akibat kenaikan inflasi dan pertumbuhan upah yang melambat.
"Terdapat tiga tantangan yang mempengaruhi perlambatan, konflik di Ukraina, tekanan inflasi dan pelemahan ekonomi di China," kata Economic Counsellor IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, dalam jumpa pers World Economic Outlook (WEO) di Washington DC, Selasa pagi waktu setempat.
Baca Juga: Wall Street Senasib Dengan IHSG, Sektor Teknologi Jadi Beban
Gourinchas menjelaskan sebagian besar negara mengalami kontraksi hingga tahun depan dengan perekonomian terbesar seperti AS, Uni Eropa dan China akan melanjutkan tren perlambatan.
"Singkatnya, kemungkinan terburuk masih akan datang dan bagi sebagian besar orang, 2023 akan terasa seperti resesi," katanya.
Artikel Terkait
Sri Mulyani: Sektor Keuangan Dominasi Kapitalisasi Pasar di BEI
Harga Emas Antam dan Comex Kompak Anjlok, Simak Penyebabnya
Deposit Aspal Mencapai 662 Juta Ton, Jokowi Tawarkan Peluang Investasi
Sri Mulyani Lapor Jokowi, Ekonomi Global Semakin Memburuk
Menko Airlangga Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Mencapai 5,2 Persen
IHSG Terkapar, Cek Saham Teruntung dan Terbuntung Hari Ini
Polda Jambi Minta Stop Sementara Penambangan Batubara dan Angkutan CPO
Wall Street Senasib Dengan IHSG, Sektor Teknologi Jadi Beban
Sri Mulyani Temui Presiden Grup Bank Dunia, Apa Yang Dibahas?
Pemerintah Raup Dana Rp8,22 Triliun dari Lelang SUN