SINAR HARAPAN - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengatakan perusahaan sektor keuangan seperti perbankan, telekomunikasi, dan e-commerce saat ini mendominasi kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Lima terbaik dari perusahaan-perusahaan tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teknologi dan dunia digital," ujar Sri Mulyani dalam Pembukaan Profesi Keuangan Expo 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin kemarin.
Dengan demikian, aktivitas berbagai perusahaan tersebut tentu melibatkan banyak sektor dan sumber daya.
Baca Juga: Erick Thohir: Tak Hanya Gula, Sugar Co Juga Produksi Bioetanol
Kendati begitu, ia menilai ekonomi digital tidak hanya identik dengan perusahaan rintisan alias startup dan e-commerce, tetapi juga mencakup berbagai entitas yang sebelumnya sudah mapan dengan cara kerja konvensional dan kini beralih ke digital.
Perbankan misalnya, meskipun sudah lama memberikan layanan berbasis internet, saat ini perusahaan keuangan tersebut tetap harus melakukan inovasi dalam memberikan pelayanan melalui platform digital.
Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut ekonomi digital adalah salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Pekan Lalu Sempat Breakout, Harga Minyak Kembali Turun
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat nilai ekonomi industri digital di Indonesia pada 2021 bisa mencapai 70 miliar dolar AS.
"Angka ini bahkan akan diperkirakan meningkat mencapai 145 miliar dolar AS pada 2025," ungkapnya.
Meski digitalisasi menghadirkan peluang dan membantu meningkatkan efisiensi serta kualitas, Menkeu tak menampik digitalisasi dan teknologi juga berpotensi menimbulkan risiko besar, distorsi, serta disrupsi.
Baca Juga: Ini Strategi PTBA Menuju Net Zero Emission
Contohnya, risiko terkait penggunaan big data yang memiliki syarat adanya perlindungan yang memadai dan kuat terhadap privasi, machine learning yang bisa menciptakan overheating dimana komputer mengambil keanehan dalam data yang tidak mewakili pola di dunia nyata, serta underheating dimana model tidak cukup kompleks menangkap pola yang ada dalam data dan realitas.***
Artikel Terkait
Sri Mulyani Temui Investor Surat Utang Kelas Kakap, Untuk Apa?
KCIC Berhasil Rampungkan Pemasangan Rel Kereta Cepat Untuk Uji Dinamis G20
Saham Milik Asabri Ini Melesat 41,58 Persen Dalam Sebulan
Bahan Bakar Hasil Olahan Sampah Bantar Gebang Akan Diserap PT Indocement dan PT SBI
OJK Luncurkan Tiga inovasi Baru Industri Keuangan Digital
Survei BI: Optimisme Konsumen Terhadap Ekonomi Tetap Terjaga Meski Indeks Keyakinan Konsumen September Turun
Erick Thohir: Tak Hanya Gula, Sugar Co Juga Produksi Bioetanol
Pekan Lalu Sempat Breakout, Harga Minyak Kembali Turun
Ini Strategi PTBA Menuju Net Zero Emission
Mantap! Indonesia Investment Authority Jadi Anggota Penuh IFSWF