SINAR HARAPAN - harga minyak melonjak sekitar US$4 pada akhir perdagangan pagi hari ini Selasa 4 Oktober. Penguatan terdorong oleh OPEC+ yang mempertimbangkan untuk mengurangi produksi lebih dari 1 juta barel per hari (bph) untuk menopang harga.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik US$4,14 atau sebesar 5,2 persen menjadi menetap di US$83,63 per barel.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember bertambah 3,72 dolar,atau 4,4 persen menjadi ditutup di US$88,86 per barel.
Baca Juga: Hore! Harga Batu Bara Acuan Indonesia Sentuh Level Tertinggi Tahun 2022
Penguatan harga minyak dipicu reaksi pasar pascaperilisan laporan bahwa organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+ akan mempertimbangkan pengurangan produksi lebih dari 1 juta barel per hari. OPEC+ secara resmi akan memutuskan hal tersebut dalam pertemuannya pada hari Rabu besok.
Jika hal tesebut disetujui dan benar terjadi, itu akan menjadi pemotongan bulanan kedua berturut-turut setelah mengurangi produksi sebesar 100.000 barel per hari pada bulan lalu.
Seperti diketahui, pada awal September, OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi 100.000 barel per hari untuk Oktober guna mendongkrak harga.
Baca Juga: Makin Canggih, PT Bukit Asam (PTBA) Lanjutkan Digitalisasi Operasional Tambang
Sementara itu indeks dolar yang turun untuk hari keempat berturut-turut, meningkatkan permintaan minyak dan tentunya cukup untuk mendongkrak harga minyak.
Sejatinya, harga minyak dan nilai tukar dolar AS saling berlawanan satu sama lain. Penurunan indeks dolar merupakan penguatan pada harga minyak, sebaliknya kenaikan indeks dolar merupakan pelemahan pada harga minyak.
Sebelumnya, harga minyak telah berada di bawah tekanan yang cukup besar, kekhawatiran pengetatan kebijakan agresif oleh bank-bank sentral utama untuk menjinakkan inflasi akan mengakibatkan resesi dan merugikan permintaan bahan bakar.
Baca Juga: Provinsi DIY Catat Inflasi Terendah Se-Pulau Jawa
Hal tersebut menjadi katalis negatif sepanjang bulan September, di mana WTI dan Brent masing-masing jatuh 11 persen dan 8,8 persen.***
Artikel Terkait
BPS: Tingkat Inflasi Tahunan September 2022 Tembus 5,95 Persen
BI: Tekanan Inflasi Diperkirakan Berlanjut Hingga Tahun Depan
Diterjang Laporan Inflasi, IHSG Sempat Turun ke Bawah Level Psikologis
Bos Raksasa Batu Bara Jual Saham Lagi, Kali Ini Rp2,78 Miliar
Inflasi Meroket, Rupiah Anjlok ke Rp15.300 per Dolar AS
Saham BRMS, Dibeli Investor Asing, Dijual Investor Domestik
Provinsi DIY Catat Inflasi Terendah Se-Pulau Jawa
Jasa Raharja Dorong Pengembangan UMKM Lewat Inkubator JR Preneur
Hore! Harga Batu Bara Acuan Indonesia Sentuh Level Tertinggi Tahun 2022
Makin Canggih, PT Bukit Asam (PTBA) Lanjutkan Digitalisasi Operasional Tambang