SINAR HARAPAN - Emiten batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melanjutkan penerapan digitalisasi operasional kegiatan pertambangan di berbagai lokasi di Sumatera Selatan, Lampung, dan Sumatera Barat.
Transformasi digital merupakan bagian dari langkah PTBA untuk menjalankan 'Good Mining Practice' yang juga dapat meningkatkan efisiensi dan keberlangsungan usaha.
Corporate Secretary PTBA, Apollonius Andwie, dalam keterangan pers, Senin, mengatakan bahwa digitalisasi sudah dilakukan perusahaan sejak 2020 untuk memantau aktivitas pertambangan secara real time menggunakan beragam aplikasi.
Baca Juga: Hore! Harga Batu Bara Acuan Indonesia Sentuh Level Tertinggi Tahun 2022
Aplikasi yang digunakan perusahaan, yakni CISEA (Corporate Information System and Enterprise Application) yang mengintegrasikan beberapa sistem sekaligus, yaitu Automation & SCADA System Integration dan Bukit Asam Mine Dispatch Optimation System.
Selanjutnya, Automatic Train Loading Station, Slope Stability Radar (SSR), Digital Telemetri, Sistem Pemantauan Air Terintegrasi (SPARING), hingga Corporate Social Responsibility (CSR).
Dengan terintegrasinya SCADA dalam platform CISEA, jarak tempuh tidak menjadi masalah untuk melakukan software maintenance, trouble shooting, dan analisis terhadap sistem kendali di PTBA.
Baca Juga: Saham BRMS, Dibeli Investor Asing, Dijual Investor Domestik
Analisis data juga menjadi lebih mudah dan akurat karena semua data operasional disimpan secara otomatis dan real time.
Melalui Bukit Asam Mine Dispatch Optimation System, produktivitas dan efisiensi pertambangan dapat ditingkatkan.
Data produksi, real time performance unit dan operator, losstime, konsumsi BBM, monitoring posisi unit (loader, hauler, ancillaries), status unit, real time perkiraan kondisi jalur tambang, safety operasional, water monitoring, rain monitoring, semuanya dapat diperoleh dari aplikasi yang tersedia telepon seluler.
Baca Juga: Bos Raksasa Batu Bara Jual Saham Lagi, Kali Ini Rp2,78 Miliar
Melalui program Automatic Train Loading Station, pengisian dan penimbangan batu bara ke gerbong kereta api dilakukan secara otomatis dan bisa dipantau dengan ponsel. Waktu proses pengisian batu bara ke gerbong kereta pun menjadi lebih cepat.
Dengan begitu, konservasi sumber daya batu bara dapat ditingkatkan dan biaya atas risiko terjadinya longsor dapat diminimalkan.
Artikel Terkait
Bangkitkan Ekonomi dan Peluang Kerja, Menparekraf Ajak Investor Singapura Berinvestasi di Sektor Pariwisata
BPS: Tingkat Inflasi Tahunan September 2022 Tembus 5,95 Persen
BI: Tekanan Inflasi Diperkirakan Berlanjut Hingga Tahun Depan
Diterjang Laporan Inflasi, IHSG Sempat Turun ke Bawah Level Psikologis
Bos Raksasa Batu Bara Jual Saham Lagi, Kali Ini Rp2,78 Miliar
Inflasi Meroket, Rupiah Anjlok ke Rp15.300 per Dolar AS
Saham BRMS, Dibeli Investor Asing, Dijual Investor Domestik
Provinsi DIY Catat Inflasi Terendah Se-Pulau Jawa
Jasa Raharja Dorong Pengembangan UMKM Lewat Inkubator JR Preneur
Hore! Harga Batu Bara Acuan Indonesia Sentuh Level Tertinggi Tahun 2022