SINAR HARAPAN - harga minyak menguat pada akhir perdagangan pagi ini Rabu 28 September 2022 setelah pada pekan lalu sempat mencapai level terendah sejak Januari.
Penguatan kali ini didukung oleh pembatasan pasokan di Teluk Meksiko AS menjelang Badai Ian dan penurunan dolar AS dari level terkuatnya dalam dua dekade.
Minyak mentah berjangka jenis Brent naik US$2,21 atau 2,6 persen menjadi menetap di US$86,27 per barel. Pada sesi sebelumnya minyak Brent sempat jatuh 2,4 persen menjadi US$83,65 per barel yang merupakan level terendah sejak Januari.
Baca Juga: Erick Thohir dan Anindya Bakrie Resmi Jadi Pemegang Saham Mayoritas Oxford United
Sementara itu, minyak mentah berjangka WTI juga naik US$1,79 atau 2,3 persen, menjadi ditutup pada US$78,5 per barel, setelah sebelumnya sempat anjlok 2,6 persen menjadi US$76,71 pada Senin lalu, angka tersebut adalah level terendah sejak 6 Januari.
Meskipun menguat, harga minyak jenis Brent dan WTI masih di bawah level support yang masing-masing berada pada level US$88 per barel dan US$81,18 per barel.
Posisi tersebut membawa kabar baik bagi investor yang ingin melakukan buy on weakness, tetapi hal tersebut membawa kabar buruk pada negara-negara Eropa dan AS yang tengah dilanda krisis energi.
Baca Juga: MLPL Jual Saham Matahari Department Store (LPPF) Senilai 1,19 Triliun
Kenaikan harga terdorong oleh pembatasan pasokan di Teluk Meksiko AS karena Badai Ian memaksa perusahaan-perusahaan minyak di wilayah tersebut untuk mengevakuasi personel dan menutup kegiatan produksi.
Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS melaporkan Selasa 27 September 2022, bahwa sekitar 11 persen produksi minyak dan 8,56 persen produksi gas alam di Teluk telah ditutup.
Investor dan trader masih menunggu data stok bahan bakar AS karena Badan Informasi Energi akan merilis laporan status minyak mingguannya pada Rabu. Berdasarkan survei S&P Global Commodity Insights, pasokan minyak mentah komersial AS menunjukkan kenaikan 400.000 barel untuk pekan yang berakhir 23 September.
Baca Juga: Wall Street Pagi Ini, Indeks S&P Jatuh ke Level Terendah
harga minyak juga terdongkrak oleh ekspektasi para analis yang mengatakan bahwa akan terjadi pengurangan pasokan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) yang akan bertemu untuk menetapkan kebijakan pada 5 Oktober.
Dolar AS yang turun dari level tertinggi 20 tahun, juga membantu mendukung minyak. Dolar yang kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.***
Artikel Terkait
Rupiah Melemah, Pasar SBN Ditinggal Asing
Bank Sentral Eropa (ECB): Suku Bunga Masih Akan Terus Naik
BKN Lakukan Pendataan Tenaga Non ASN, Simak Persyaratan dan Cara Registrasinya!
Saham PCAR Menguat, Bagaimana Prospeknya?
LPS Naikkan 3,75 Persen Tingkat Bunga Penjaminan Simpanan Rupiah
Anda Punya Tabungan Emas di Tokopedia? Segera Registrasi Offline di Pegadaian Sebelum Dibekukan
Cegah Gangguan Penyaluran Pupuk Subsidi, Petrokimia Gandeng Kejari
MLPL Jual Saham Matahari Department Store (LPPF) Senilai 1,19 Triliun
Wall Street Pagi Ini, Indeks S&P Jatuh ke Level Terendah
Erick Thohir dan Anindya Bakrie Resmi Jadi Pemegang Saham Mayoritas Oxford United