SINAR HARAPAN - Krisis energi di benua Eropa pasca ditutupnya Nord Stream oleh pihak Rusia membuat negara negara di Eropa mngaktifkan kembali pembangkit listrik batu bara. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan permintaan batu bara dari Eropa menjelang musim dingin.
Emiten batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), menjadi salah satu produsen batu bara yang kedatangan permintaan Eropa untuk mengisi kekurangan energi di benua tersebut.
Direktur Indo Tambangraya Megah, Jusnan Ruslan, mengatakan beberapa permintaan batu bara dari Eropa sudah datang ke pihaknya. Namun, dengan produksi saat ini, ITMG akan fokus untuk menyuplai pelanggan di pasar Asia.
Baca Juga: Kesepakatan Buruh Kereta Api AS Bawa Harga Minyak Anjlok Ke Level Terendah
Pada PUBEX Live 2022 hari kemarin 15 September, Jusnan menuturkan tahun 2023 ITMG melihat kemungkinan permintaan batu bara masih akan baik di Asia sehingga ITMG akan fokus menjaga pelanggan dari wilayah Asia.
"Tapi tidak kami pungkiri prospek di Eropa juga sedang kami pelajari. Ketika permintaan akan membaik, dari sisi harga, kami tidak akan melepas peluang tersebut," ucapnya.
Konflik Rusia dan Ukraina memang mengerek harga batu bara naik beriringan dengan meningkatnya permintaan komoditas tersebut bagi wilayah Eropa.
Baca Juga: Saham KJEN Naik 32,76 Persen, Baca Dulu Sebelum Beli
Setelah ditutupnya pipa Nord Stream di Rusia, Eropa harus mengaktifkan pembangkit batu bara. Pada awal bulan September, hal tersebut mengerek harga batu bara new castle naik menyentuh harga tertinggi sepanjang masa sebesar US$463 per ton.
Hingga semester I/2022, ITMG telah menggenggam kontrak penjualan batu bara sebanyak 88 persen, dari target penjualan sebesar 20,5 juta-21,5 juta ton. Dengan jumlah kontrak tersebut, masih ada sisa 12 persen batu bara yang harus dijual ITMG sampai akhir tahun.
Adapun, sepanjang paruh pertama 2022, ITMG memproduksi batu bara sebanyak 7,7 juta ton. Volume penjualan tercapai sebanyak 8,1 juta ton, yang dipasarkan ke Tiongkok 2,3 juta ton, Indonesia 1,8 juta ton, Jepang 1,3 juta ton, Filipina 0,6 juta ton, Bangladesh 0,5 juta ton, dan negara-negara lain di Asia Timur, Tenggara, Selatan serta Oseania.
Baca Juga: BPS: Harga Beberapa Komoditas Global Menurun
Untuk tahun 2022, ITMG menargetkan volume produksi antara 17,5-18,8 juta ton dengan volume penjualan sebesar 20,5-21,5 juta ton.***
Artikel Terkait
Harga Emas Antam Logam Mulia Stagnan, Emas Comex Anjlok
Pasokan Minyak AS Diterpa Berbagai Masalah, Minyak di Pasar Asia Malah Untung
Rupiah Menguat di Tengah Penantian Perilisan Data Neraca Perdagangan Agustus
BPS: Neraca Perdagangan Indonesia Agustus 2022 Surplus
Saham SAMF Tembus Resistance, Bagaimana Prospeknya?
BPS: Harga Beberapa Komoditas Global Menurun
Ekonom Faisal Basri Bicara Cukai Rokok: Akselerasi Pengendalian Rokok
Jokowi Terbitkan Aturan Terkait Energi Baru Terbarukan, Cek Rinciannya!
Kesepakatan Buruh Kereta Api AS Bawa Harga Minyak Anjlok Ke Level Terendah
Saham KJEN Naik 32,76 Persen, Baca Dulu Sebelum Beli